Kisah gagalnya Raja Cermin dan dewi Ratna Suari mengislamkan
raja Majapahit
Kalau hanya sekadar berdagang sambil berdakwah atau
sebaliknya,berdakwah sambil berdagang yang dilaksanakan oleh para muballigh dari
luar ke nusantara ini ketika itu,barangkali hasilnya tidak sehebat itu meski
hanya secara kuantitas.Para muballigh atau penyiar Islam yang datang dari tanah
Arab,Gujarat atau India,Kamboja dan daratan Cina,dan dari semenanjung
Melayu,memang betul-betul bertujuan berdakwah,niat menyebarkan agama
Islam.Adapun mereka berdagang itu adalah hanya sebagai sarana dan metode dan
untuk sekadar bisa menghidupi diri di rantau orang,yakni nusantara ini.
Maka usaha dan jerih payah Maulana Malik Ibrahim di dalam berdakwah
di Gresik dan sekitarnya pun dilaporkan kepada Sultan Kedah,pamannya
sendiri,yang dhaulu mengutusnya ke Gesik.Betapa senangnya hati sang
paman,sultan mahmud syah alam,membaca surat maulana malik ibrahim yang
ditujukan kepadanya tentang segudang keberhasilan dakwahnya Maulana Malik
ibrahim di tanah jawa.Namun hatinya masih kecewa karena raja majapahit belum
memeluk agama islam.Usul maulana malik ibrahim agar puteri sang sultan,dewi
ratna suari bisa dipersunting raja majapahit dengan maksud nantinya rakyat
kerajaaan majapahit lebih mudah memeluk agama islam.
Usul maulana malik ibrahim itu dibahas sultan dengan para
menteri dan para pembesar kerajaan kedah.Akhirnya mereka sepakat bahwa sultan
mahmud syah alam melaksanakan muhibbah ke majapahit.Rombongan sultan kedah yang
disertai pula puterinya,dewi ratna suari,mengarungi lautan,dengan perahu yang
bertuliskan ayat al quran,”Nashrum minallah wa fat-hun qoriib wabashshiril
Mukminiin”.
Pada tahun 1303 Saka atau tahun 1381 Masehi(dengan candra
sengkala: bumi ngilir tahun becik),rombongan muhibbah sultan kedah mendarat di
pelabuhan Jenggolo gresik.Dan Sultan Mahmud Syah Alam dipersilahkan
beristirahat di Leran.
Sebelum sultan berkunjung ke majapahit,terlebih dahulu
mengirimkan surat kepada raja maajapahit memberitakan maksudnya
kedatangannya,yakni akan bersilaturahmi ke ibu kota majapahit dan mohon
diperkenankan bisa bertemu dengan sang raja majapahit.Alhamdulillah,keinginan
sultan kedah itupun disetujui raja Majapahit dan pertemuan benar-benar terjadi
di desa minggiran daerah Krian,dekat surabaya.
Dalam pertemuan itu Sultan Mahmud Syah Alam menyerahkan
tanda mata sebuah delima besar kepada prabu brawijaya raja majapahit.Dan yang
penting,raja majapahit saat itu telah mengerti bahwa puteri sultan kedah yang
bernama dewi ratna suari yang juga ikut hadir dalam pertemuan tersebut,agar
bisa dipersuntingnya.Namun sang raja rupa-rupanya merasa tersinggung dan
suasana agak sedikit tegang.
Setelah rombongan sultan kedah pulang ke gresik,raja
majapahit memerintahkan agar buah delima pemberian sultan kedah itu
dibelah.Dengan muka masam raja majapahit memeperhatikan buah delima itu karena
jauh-jauh datang tetapi hanya memberi buah delima.Bukankan buah delima ada
dimana-mana demikian pikir sang baginda,dengan perasaan heran.Tetapi alangkah
terperanjatnya sang raja ketika itu melihat isi buah delima yang dibelah saat
itu penuh dengan intan permata,padahal dari luar kulit delima tidak tampak
berlubang dan tidak ada goresan meskipun sekecil lubang jarum.Pastilah sultan
kedah itu bukanlah sembarang orang,demikian pikir sang raja lagi.Dalam hati
sang baginda amat menyesal atas sikapnya yang kurang menghargai sultan
kedah.Dan beliau akan menemui sultan kedah ke gresik untuk minta maaf dan
sekaligus akan mempersunting dewi suari,puteri sultan kedah itu.
Sementara itu,setibanya di leran,sultan mahmud syah alam
diliputi rasa sedih dan kecewa atas kegagalan diplomasinya terhadap raja
brawijaya majapahit.Usaha untuk menjodohkan raja Majapahit dengan dewi ratna
suari tidak berhasil,dan tentu saja harapan mengislamkan raja majapahit juga
jauh lagi.Maka sultan mahmud syah laam berniat akan kembali ke kedah.
Sudah suratan takdir memang,wabah penyakit menyerang daerah
leran dan sekitarnya yang membawa banyak korban penduduk meninggal dunia.Termasuk
puteri sultan kedah,dewi ratna suari juga meninggal dunia,ditandai candra
sengkala;puteri rusung nawang wulan:1331 tahun saka atau 1389 masehi.Innaa
lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Juga ikut meninggal dunia,kedua pengiring dewi ratna
suari,yaitu nyai kuring dan nyai seruni.Juga termasuk yang menjadi korban wabah
hingga meninggal dunia adalah bibinya dewi ratna suari,senopati sultan
kedah,sayyid jalal dan sayyid syarifudin.
Sampai di dalam perjalanan pulangnya sultan kedah dan
rombongan ke negeri kedah,ditengah perjalanan masih ada yang meninggal,dan
mereka ada yang dimakamkan di pulau madura dan ada yang dimakamkan di pulau
bawean.Kedua pulau tersebut dekat dengan gresik.
Tersebutlah,beberapa saat setelah dewi ratna suari meninggal
dunia dan sultan mahmud syah alam beserta rombongan kembali ke negeri
kedah,utusan dari raja majapahit pun datang ke leran.Utusan tersebut membawa
berita bahwa raja majapahit akan meminang dewi ratna suari dan permintaan maaf
dari raja majapahit kepada sultan mahmud syah alam,serta ucapan terima kasih
atas pemberian hadiah intan permata yang dibungkus delima merekah.Namun apa
dapat dikata,dewi ratna suari telah dipanggil Allah SWT,dan sultan kedah
beserta rombongan telah kembali ke negerinya lagi.
Adapun tentang maulana malik ibrahim
sendiri setelah sultan mahmud syah alam kembali ke kedah,masih terus menyiarkan
agama islam di daerah leran dan sekitarnya.Beliau mendirikan langar atau
musholla di desa sawo yang hingga sekarang masih ada.Dan akhirnya beliau
berdomisili di Gresik hingga wafatnya pada tahun 1419 Masehi dan dimakamkan di
gresik pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar