Raja Cermin,Maulana Malik Ibrahim dan Angkawijaya:beberapa
versi
Penulisan sejarah yang menggunakan berbagai macam sumber
yang memepunyai bermacam-macam kepentingan,akan menghasilkan kesimpulan yang
bermacam-macam pula.
Sumber-sumber tersebut antara lain ialah
babad,dongeng,cerita rakyat,sastra tutur,tulisan tangan yang tidak tercetak
yang disimpan oleh para sultan atau para raja dan keluarganya,transkripsi dan
lainnya.Apalagi penulisan babad memang pada umumnya memihak penguasa dan cerita
rakyat memihak pada kaum lemah,demikian pula tulisan tangan oleh para
sultan,pada umumnya kecuali silsilah raja-raja juga memihak.
Apalagi bila peristiwa sejarah tersebut menyangkut identifikasi
tokoh-tokoh yang memang ada hubungannya dengan pengembangan suatu ideologi dan
terlebih lagi sudah lama kejadiannya,memang banyak versi yang
tersebar.Jangankan peristiwa yang terjadi pada abad ke 14 dan 15,sedangkan
silsilah pak soeharto saja presiden republik indonesia sudah dipalsukan orang
ketika presiden soeharo masih hidup.
Demikianlah pula tentang peristiwa yang sedang anda baca
ini,terdapat berbagai macam versi,sebagaimana terjadi pada cerita-cerita wali
songo lainnya.
Membaca berbagai sumber,tokoh raja Cermin dan Maulana Malik
Ibrahim ini lalau terdapat berbagai versi yang tidak sama.Antara lain
versi-versi itu ialah sebagai berikut dibawah ini:
1.Keterangan
J.Wolbers
Sarjana ini menulis tentang Maulana Malik Ibrahim dan raja
Cermin dalam bukunya Geschiedenis van Java yang dua jilid tebalnya hampir 600
halaman itu mengatakan bahwa rombongan yang datang sampai di Gresik adalah pada
tahun 1380 M.
Maulana Malik Ibrahim yang termasuk dalam rombongan itu
mempunyai nama lain yaitu Syeikh Maulana Maghfur.Adapun Cermin(Chermen)
dikatakan sebagai utusan dari raja Gedah atau Kedah.
Dikatakan selanjutnya bahwa para muballigh yang
memperkenalkan dirinya sebagai para saudagar itu berhasil menghadap raja
Majapahit.Raja berkenan di hatinya,dan para muballigh itu mendapat anugerah
dari raja,bahkan mereka diperbolehkan menyelenggarakan pemerintahan di daerah
pesisir Gresik.
Mereka pun menyebarkan agama Islam dengan bijaksana,dengan
cara memberikan contoh tauladan dan tingkah laku yang halus dan lunak.Dengan cara
demikian mereka berhasil menarik hati rakyat biasa yang hidup di alam
kepercayaan takhayul.Di dalam memberikan ajaran Islam itu rakyat tidak diberi
tuntunan yang berat-berat,maka mereka menjadi tertarik dan dapat menerima
ajaran Islam.Sehingga dengan cara yang demikian ini para muballigh mempunyai
pengaruh yang besar terhadap rakyat.
Kota Tandes yang mereka namakan Gresik menjadi kota yang
maju karena banyak dikunjungi oleh para perantau dan orang-orang asingpun
banyak yang berlabuh singgah ke sana.
Pada tahun 1391 M,raja Cermin datang sendiri ke
Majapahit.Ketika itu yang menjadi raja Majapahit bernama Angkawijaya.Turut
mengiringkan raja Cermin ke Majapahit,antara lain kecuali para muballigh bangsa
Arab juga seorang puteri raja Cermin bernama puteri Dewi Sari,yang dengan
kecantikannnya itu dicobanya untuk memikat raja Angkawijaya agar mau memeluk
agama Islam.
Usaha raja Cermin untuk memikat raja Angkawijaya itu tidak
berhasil,maka raja Cermin pun kembali ke negerinya.Dan selama beliau menunggu
pembetulan kapal-kapalnya yang diperbaiki di pelabuhan,banyak anggota
rombongannya yang jatuh sakit dan beberapa dari anggota rombongan ada yang
meninggal dunia.
Juga puterinya ,Dewi Sari,meninggal dunia karena penyakit
yang mengganas.Dewi Sari dimakamkan di Leran,dan atas permintaan raja
Cermin,Angkawijaya membangun sebuah bangunan nisan di Leran untuk Dewi
Sari.Kejadian itu masih pada tahun 1391 M.
Menurut J.Wolbers ,bahwa Maulana Malik Ibrahim yang juga
mempunyai nama lain yakni Maulana Maghfur itu masih di Gresik,memperluas
pengaruhnya dan menarik hati rakyat untuk memeluk agama Islam.Maulana amat
gembira atas sambutan dan perhatian rakyat serta kecintaan mereka kepada
ajakannya untuk masuk Islam.
Mengingat itu semua,raja Majapahit kemudian memberikan
anugerah,yakni Maulana Maghfur(Maulana Malik Ibrahim) diberi hadiah tanah
tandes(Gresik) dan sekitarnya,dengan maksud agar Maulana bersedia membimbing
rakyat agar jangan memberontak kepada Majapahit.
Akhirnya J.Wolbers mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim
wafat dan dimakamkan di pekuburan Islam Gapuro Wetan,pada tahun 1412 atau 1419
atau 1425 M.
2.Keterangan J.A.B Wiselius
Kalau menurut keterangan J.Wolbers mengatakan bahwa Maulana
Maghfur itu satu orangnya dengan Malik Ibrahim,tetapi menurut J.A.B
Wiselius,mengatakan bahwa Maulana Maghfur,Maulana Ibrahim dan Malik Ibrahim
adalah tiga nama yang masing-masingnya adalah tiga pribadi yang berlainan
identitasnya.
Dikatakan oleh J.A.B Wiselius,bahwa seorang Arab bernama
Maulana Maghfur,bersama dengan saudaranya yang bernama Maulana Ibrahim serta
diiringi oleh 40 orang lainnya telah mendarat di Gresik.Adapun Malik Ibrahim
adalah putera Maulana Ibrahim.
Rombongan itu berangkat atas perintah Sultan Gedah yang
bernama Mukmaeh Sadah Salam dengan maksud untuk menyiarkan agama Islam ke
nusantara.
Gedah juga dinamakan pula Cerme.
Rombongan it pertama kali berlabuh di Gerawassi,yang
sekarang bernama Gresik.(Ada pula yang menulis Grisse,Gesih dan
Gersih).Sebenarnya temapt pendaratan itu agak ke Barat yang sekarang bernama
Romo.
Seorang penulis bernama A.Hageman mengatakan bahwa
pendaratan itu terjadi pada tahun1382 M.Dikatakan bahwa pada tahun itu bukanlah
tahun pertama orang-orang Arab mendarat ke Jawa,karena menurut
catatan,orang-orang Tionghoa yang datang ke Jawa pada abad sebelumnya telah
menjumpai orang-orang Arab di Jawa.
Dikatakan selanjutnya bahwa Maulana Malik Maghfur kemudian
menuju ke Majapahit untuk menjajagi kemungkinan daerah operasinya yakni
berdakwah di Majapahit.
Dalam pendekatannya kepada raja Majapahit itu baginda raja
Majapahit itu tidak bersedia untuk meninggalkan kepercayaannya ,agama Syiwa.
Meskipun baginda raja Majapahit tidak mau menerima
Islam,tetapi beliau menghargai Maulana Maghfur sebagai pedagang yang
berpengetahuan luas.Kemudian Maulana Maghfur dijadikan Syahbandar Gresik dengan
diijinkan lagi untuk meyiarkan agama Islam kepada orang-orang Jawa.Maka Maulana
Maghfur bersama saudaranya,Maulana Ibrahim,bertempat tinggal di Gresik.
Setelah wafat,Maulana Maghfur dimakamkan di Maghpura(asal
dari kata Maghfur),yang kemudian dinamakan pekuburan Gapura.
Maulana Maghfur meninggalkan anak yang bernama Muhammad
Sadik,dan Maulana Ibrahim meninggalkan anak laki-laki pula yang bernama Malik
Ibrahim.
Tersebutlah,raja Gedah di pantai barat malaysia
sekarang(yang bernama Kedah sekarang ),mendengar berita bahwa para muballighnya
yang diutus beberapa tahun yang lalu mendapat sambutan baik di Jawa,maka
baginda sendiri kemudian memerlukan datang sendiri ke Majapahit.Kejadian tiu
terjadi pada tahun 1399 M.
Menurut pendapat J.A.B Wiselius,bahwa yang membuka jalan
dari Gedah(Kedah) ke Jawa itu bukanlah ayahnya,tetapi Malik Ibrahim sendiri.Dan
Maulana Maghfur ketika perlawatan Sultan gedah itu telah meninggal dunia.
Diceritakan selanjutnya bahwa Sultan gedah itu membawa serta
puterinya yang bernama dewi suwari,dengan maksud agar dapat dijadikan
permaisuri raja Majapahit.Setelah sultan mendarat di Gresik,maka bersama-sama
dengan Malik Ibrahim dan Muhammad Sadik serta rombongan pergi ke Majapahit.
Namun raja Majapahit tidak dapat menerima ajakan baginda
sultan gedah itu.Maka beliau beserta rombongan kembali lagi ke Gresik.
Ketika baginda sampai di desa Cerme(dekat dengan
Gresik),puterinya yang bernanma dewi suwari meninggal dunia,dan jenazahnya
dimakamkan di Leran.Didekat pekuburannya itu didirikanlah sebuah masjid,dan
baginda minta agar masjid tersebut ditunggui oleh Malik Ibrahim dan Muhammad
Sadik.
Dikatakan selanjutnya bahwa Malik Ibrahim meninggal dunia
pada tahun 1419 M dan Muhammad Sadik meninggal dunia pada tahun 1420 M.
3.Menurut Prof.Husein Djajadiningrat.
Keterangan Prof.Husein Djajadiningrat lain lagi.Maulana
Maghfur bukan satu atau sama orangnya dengan Maulana Ibrahim sperti keterangan
J.Wolbers.Juga tidak sama dengan keterangan J.A.B Wiselius yang mengatakan
bahwa Maulana Maghfur itu saudaranya Maulana Ibrahim.Tetapi menurut Prof
Husein,menerangkan bahwa Maulana Maghfur itu puteranya Maulana Ibrahim.
Dikatakan selanjutnya,bahwa menurut penuturan rafles,Maulana
Ibrahim,seorang ahli agama dari Arabia,cucu Zainal Abidin dan cicit dari Nabi
Muhammad SAW,mendarat beserta rombongan di Leran,yang termasuk wilayah Jenggolo
ketika itu.
Kemudian datanglah kemenakannya,raja Cermin beserta seorang
puterinya yang terkenal dengan nama Dewi Leran,ke Gresik.Maksudnya baginda
adalah akan datang ke Majapahit untuk mengajak raja Majapahit agar memeluk
agama Islam.Baginda raja Cermin juga menawarkan puterinya itu agar bisa
dipermaisuri oleh raja Majapahit.
Setelah sampai saatnya,baginda raja beserta
pengiringnya,kurang lebih 40 orang santri dan muballigh,berangkat menuju ke
Majapahit.Sampai di Majapahit rombongan itu disambut dengan ramah tamah,bahkan
raja Majapahit ikut berkenan menyongsong rombongan tamu itu di tapal batas.
Baginda raja Cermin memberikan hadiah kepada raja
Majapahit,Angkawijaya,sebuah buah delima.Raja Majapahit itu pun seolah-olah
tidak menghiraukan hadiah itu,karena bagaimana seorang raja dari seberang
lautan hanya menghadiahkan sebuah buah delima,padahal buah delima itu ada
dimana-mana.
Rupa-rupanya raja Angkawijaya tidak mau memeluk agama Islam
dan tidak mau memperisterikan dewi Leran.Maka baginda raja Cermin pun kembali
ke Gresik.Hanya kemenakannya,Maulana Maghfur,putera Maulana Ibrahim,masih
tinggal di Majapahit.
Sepulangnya baginda raja Cermin,delima hadia dari baginda
tadi dibelah oleh Angkawijaya.Alangkah terperanjatnya Angkawijaya,karena buah
delima yang dari luar tampaknya mulus tidak ada satupun goresan yang
tampak,setelah dibelah di dalamnya terdapat intan dan permata yang
gemerlapan.Di dalamnya sama sekali tidak terdapat isi-isi delima kecuali intan
belaka.
Raja Angkawijaya menjadi yakin bhawa baginda raja Cermin
bukanlah sembaran orang,tetapi orang yang benar-benar sakti.
Maka raja Angkawijaya mengutus Maulana Maghfur agar cepat
menyusul baginda raja Cermin ke Gresik dan mohon agar baginda mau datang lagi
ke Majapahit.Tetapi permintaan Angkawijaya itu ditolak raja Cermin karena
Angkawijaya tetap tidak bersedia memeluk agama Islam.
Beberapa hari setelah baginda raja Cermin sampai di
Leran,timbullah penyakit menular yang menimpa rakyat.Banyak orang mati
diantaranya,dan termasuk tiga orang kemenakannya raja Cermin juga meninggal
dunia di Leran.Ketiga orang kemenakannya itu bernama sayyid jafar,sayyid kosim
dan sayyid gharki.
Kubur dari ketiga kemenakan raja Cermin itu sekarang
terkenal dengan nama kuburan panjang.
Sang puteri,yakni puteri leran juga jatuh sakit.Baginda raja
berdoa kepada Tuhan Allah,bilamana raja Angkawijaya memang tidak mau memeluk
agama Islam,lebih baik puterinya itu jangan diberi umur panjang saja.Sebelumnya
ia berdoa agar sang puteri di beri kesembuhan dan Angkawijaya mendapat petunjuk
memeluk Islam.Namun setelah usahanya gagal dan jelas Angkawijaya
menolaknya,maka baginda raja berdoa sebagaimana tersebut diatas.
Akhirnya sang puteri jadi berpulang ke rahmatullah,dan
dimakamkan di Leran.
Baginda raja Cermin kemudian meninggal Gresik.Ditengah
perjalanan pulang itu dua kemenakannya lagi meninggal dunia.Yang seorang
bernama Sayyid Rafidlin,meninggal di pulau Bawean,dan yang seorang lagi
meninggal dunia ketika baru keluar dari Gresik,dimakamkan di Madura.
Baru tiga hari setelah baginda raja Cermin meninggalkan kota
Gresik(Leran),datanglah raja Angkawijaya ke leran.Tetapu Angkawijaya telah
mendapati bahwa sang puteri telah meninggal dunia dan telah dimakamkan disitu.Entah
apa yang terjadi atas diri Angkawijaya ketika itu,tidak disebutkan oleh
sejarah.
4.Siapakah raja Angkawijaya
Diatas dikatakan bahwa baginda raja Cermin datang ke ibu
kota kerajaan Majapahit adalah untuk pkeperluan menemui raja Angkawijaya,dengan
maksud untuk mengajak sang prabu agar mau memeluk agama Islam.
Siapakah raja Angkawijaya itu? Nama ini tidak terdapat dala
piagam-piagam maupun babad tanah jawi dan tidak terdapat pula dalam
pararaton.Maka bila disesuaikan dengan tokoh yang didatangi oleh raja
Cermin,lantas tidak ada kecocokan dengan apa yang tertulis dalam sejarah.
Nama Angkawijaya terdapat dalam serat kanda,yang dikatakan
bahwa angkawijaya adalah pengganti raja Mertawijaya(Damar Wulan,suami kencana
wungu).Raja Angkawijaya ini menurut Serat Kanda mempunyai seorang selir bernama
Ni Raseksi.
Bila dicocokkan dengan sumber dari babad tanah jawi,raja
Majapahit yang mempunyai selir Ni Raseksi adalah raden Alit atau prabu
brawijaya VII.Nama Ni Raseksi ini menurut babad tanah Jawi adalah Endang Sasmitapura.
Padahal menurut catatan sejarah,Prabu Brawijaya VII(alias
Prabu Udara) memerintah antara tahun 1498 hingga 1518 Masehi.Dan kalau
Angkawijaya itu orangnya sama dengan Brawijaya VII menurut babad tanah
jawi,maka siapakah yang ditemui raja Cermin pada tahun 1391 M(versi J.Wolbers)
atau pada tahun 1399 (versi J.A.B Wiselius).
Dalam babad tanah jawi diceritakan pula bahwa endang
sasmitapura,prabu brawijaya mendapatkan putera bernama jaka dilah atau arya
damar,dan dari isterinya yang lain,puteri cina,prabu brawijaya mendapatkan
putera lagi yang bernama raden patah.Dengan demikian maka antara arya damar
dengan raden patah menurut babad tanah jawi adalah saudara sebapak lain ibu.Ini
Jelas tidak benar,karena arya damar adalah putera hyang wisesa alias wikramawardana(raja
Majapahit yang memerintah pada tahun 1389-1427 M),sedangkan raden Patah adalah
putera prabu kertabhumi alias brawijaya V yang memerintah tahun 1468-1478 M.
Kalau sekiranya Angkawijaya itu sama orangnya dengan
kertabhumi,juga tahun kedatangan raja cermin yang menunjukkan tahun 1391 M itu
tidak cocok dengan tahun memerintahnya Brawijaya V.
Dengan demikian maka nama raja
yang didatangi oleh raja Cermin itu menurut penuturan J.Wolbers dan J.A.B
Wiselius itu tidak sesuai dengan kenyataan.Mungkin sumber yang diambil oleh
kedua ahli sejarah itu salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar