Translate

Jumat, 09 September 2016

Raja Cermin,Maulana Malik Ibrahim dan Angkawijaya:beberapa versi



Raja Cermin,Maulana Malik Ibrahim dan Angkawijaya:beberapa versi

Penulisan sejarah yang menggunakan berbagai macam sumber yang memepunyai bermacam-macam kepentingan,akan menghasilkan kesimpulan yang bermacam-macam pula.
Sumber-sumber tersebut antara lain ialah babad,dongeng,cerita rakyat,sastra tutur,tulisan tangan yang tidak tercetak yang disimpan oleh para sultan atau para raja dan keluarganya,transkripsi dan lainnya.Apalagi penulisan babad memang pada umumnya memihak penguasa dan cerita rakyat memihak pada kaum lemah,demikian pula tulisan tangan oleh para sultan,pada umumnya kecuali silsilah raja-raja juga memihak.
Apalagi bila peristiwa sejarah tersebut menyangkut identifikasi tokoh-tokoh yang memang ada hubungannya dengan pengembangan suatu ideologi dan terlebih lagi sudah lama kejadiannya,memang banyak versi yang tersebar.Jangankan peristiwa yang terjadi pada abad ke 14 dan 15,sedangkan silsilah pak soeharto saja presiden republik indonesia sudah dipalsukan orang ketika presiden soeharo masih hidup.
Demikianlah pula tentang peristiwa yang sedang anda baca ini,terdapat berbagai macam versi,sebagaimana terjadi pada cerita-cerita wali songo lainnya.
Membaca berbagai sumber,tokoh raja Cermin dan Maulana Malik Ibrahim ini lalau terdapat berbagai versi yang tidak sama.Antara lain versi-versi itu ialah sebagai berikut dibawah ini:
1.Keterangan  J.Wolbers
Sarjana ini menulis tentang Maulana Malik Ibrahim dan raja Cermin dalam bukunya Geschiedenis van Java yang dua jilid tebalnya hampir 600 halaman itu mengatakan bahwa rombongan yang datang sampai di Gresik adalah pada tahun 1380 M.
Maulana Malik Ibrahim yang termasuk dalam rombongan itu mempunyai nama lain yaitu Syeikh Maulana Maghfur.Adapun Cermin(Chermen) dikatakan sebagai utusan dari raja Gedah atau Kedah.
Dikatakan selanjutnya bahwa para muballigh yang memperkenalkan dirinya sebagai para saudagar itu berhasil menghadap raja Majapahit.Raja berkenan di hatinya,dan para muballigh itu mendapat anugerah dari raja,bahkan mereka diperbolehkan menyelenggarakan pemerintahan di daerah pesisir Gresik.
Mereka pun menyebarkan agama Islam dengan bijaksana,dengan cara memberikan contoh tauladan dan tingkah laku yang halus dan lunak.Dengan cara demikian mereka berhasil menarik hati rakyat biasa yang hidup di alam kepercayaan takhayul.Di dalam memberikan ajaran Islam itu rakyat tidak diberi tuntunan yang berat-berat,maka mereka menjadi tertarik dan dapat menerima ajaran Islam.Sehingga dengan cara yang demikian ini para muballigh mempunyai pengaruh yang besar terhadap rakyat.
Kota Tandes yang mereka namakan Gresik menjadi kota yang maju karena banyak dikunjungi oleh para perantau dan orang-orang asingpun banyak yang berlabuh singgah ke sana.
Pada tahun 1391 M,raja Cermin datang sendiri ke Majapahit.Ketika itu yang menjadi raja Majapahit bernama Angkawijaya.Turut mengiringkan raja Cermin ke Majapahit,antara lain kecuali para muballigh bangsa Arab juga seorang puteri raja Cermin bernama puteri Dewi Sari,yang dengan kecantikannnya itu dicobanya untuk memikat raja Angkawijaya agar mau memeluk agama Islam.
Usaha raja Cermin untuk memikat raja Angkawijaya itu tidak berhasil,maka raja Cermin pun kembali ke negerinya.Dan selama beliau menunggu pembetulan kapal-kapalnya yang diperbaiki di pelabuhan,banyak anggota rombongannya yang jatuh sakit dan beberapa dari anggota rombongan ada yang meninggal dunia.
Juga puterinya ,Dewi Sari,meninggal dunia karena penyakit yang mengganas.Dewi Sari dimakamkan di Leran,dan atas permintaan raja Cermin,Angkawijaya membangun sebuah bangunan nisan di Leran untuk Dewi Sari.Kejadian itu masih pada tahun 1391 M.
Menurut J.Wolbers ,bahwa Maulana Malik Ibrahim yang juga mempunyai nama lain yakni Maulana Maghfur itu masih di Gresik,memperluas pengaruhnya dan menarik hati rakyat untuk memeluk agama Islam.Maulana amat gembira atas sambutan dan perhatian rakyat serta kecintaan mereka kepada ajakannya untuk masuk Islam.
Mengingat itu semua,raja Majapahit kemudian memberikan anugerah,yakni Maulana Maghfur(Maulana Malik Ibrahim) diberi hadiah tanah tandes(Gresik) dan sekitarnya,dengan maksud agar Maulana bersedia membimbing rakyat agar jangan memberontak kepada Majapahit.
Akhirnya J.Wolbers mengatakan bahwa Maulana Malik Ibrahim wafat dan dimakamkan di pekuburan Islam Gapuro Wetan,pada tahun 1412 atau 1419 atau 1425 M.
2.Keterangan J.A.B Wiselius
Kalau menurut keterangan J.Wolbers mengatakan bahwa Maulana Maghfur itu satu orangnya dengan Malik Ibrahim,tetapi menurut J.A.B Wiselius,mengatakan bahwa Maulana Maghfur,Maulana Ibrahim dan Malik Ibrahim adalah tiga nama yang masing-masingnya adalah tiga pribadi yang berlainan identitasnya.
Dikatakan oleh J.A.B Wiselius,bahwa seorang Arab bernama Maulana Maghfur,bersama dengan saudaranya yang bernama Maulana Ibrahim serta diiringi oleh 40 orang lainnya telah mendarat di Gresik.Adapun Malik Ibrahim adalah putera Maulana Ibrahim.
Rombongan itu berangkat atas perintah Sultan Gedah yang bernama Mukmaeh Sadah Salam dengan maksud untuk menyiarkan agama Islam ke nusantara.
Gedah juga dinamakan pula Cerme.
Rombongan it pertama kali berlabuh di Gerawassi,yang sekarang bernama Gresik.(Ada pula yang menulis Grisse,Gesih dan Gersih).Sebenarnya temapt pendaratan itu agak ke Barat yang sekarang bernama Romo.
Seorang penulis bernama A.Hageman mengatakan bahwa pendaratan itu terjadi pada tahun1382 M.Dikatakan bahwa pada tahun itu bukanlah tahun pertama orang-orang Arab mendarat ke Jawa,karena menurut catatan,orang-orang Tionghoa yang datang ke Jawa pada abad sebelumnya telah menjumpai orang-orang Arab di Jawa.
Dikatakan selanjutnya bahwa Maulana Malik Maghfur kemudian menuju ke Majapahit untuk menjajagi kemungkinan daerah operasinya yakni berdakwah di Majapahit.
Dalam pendekatannya kepada raja Majapahit itu baginda raja Majapahit itu tidak bersedia untuk meninggalkan kepercayaannya ,agama Syiwa.
Meskipun baginda raja Majapahit tidak mau menerima Islam,tetapi beliau menghargai Maulana Maghfur sebagai pedagang yang berpengetahuan luas.Kemudian Maulana Maghfur dijadikan Syahbandar Gresik dengan diijinkan lagi untuk meyiarkan agama Islam kepada orang-orang Jawa.Maka Maulana Maghfur bersama saudaranya,Maulana Ibrahim,bertempat tinggal di Gresik.
Setelah wafat,Maulana Maghfur dimakamkan di Maghpura(asal dari kata Maghfur),yang kemudian dinamakan pekuburan Gapura.
Maulana Maghfur meninggalkan anak yang bernama Muhammad Sadik,dan Maulana Ibrahim meninggalkan anak laki-laki pula yang bernama Malik Ibrahim.
Tersebutlah,raja Gedah di pantai barat malaysia sekarang(yang bernama Kedah sekarang ),mendengar berita bahwa para muballighnya yang diutus beberapa tahun yang lalu mendapat sambutan baik di Jawa,maka baginda sendiri kemudian memerlukan datang sendiri ke Majapahit.Kejadian tiu terjadi pada tahun 1399 M.
Menurut pendapat J.A.B Wiselius,bahwa yang membuka jalan dari Gedah(Kedah) ke Jawa itu bukanlah ayahnya,tetapi Malik Ibrahim sendiri.Dan Maulana Maghfur ketika perlawatan Sultan gedah itu telah meninggal dunia.
Diceritakan selanjutnya bahwa Sultan gedah itu membawa serta puterinya yang bernama dewi suwari,dengan maksud agar dapat dijadikan permaisuri raja Majapahit.Setelah sultan mendarat di Gresik,maka bersama-sama dengan Malik Ibrahim dan Muhammad Sadik serta rombongan pergi ke Majapahit.
Namun raja Majapahit tidak dapat menerima ajakan baginda sultan gedah itu.Maka beliau beserta rombongan kembali lagi ke Gresik.
Ketika baginda sampai di desa Cerme(dekat dengan Gresik),puterinya yang bernanma dewi suwari meninggal dunia,dan jenazahnya dimakamkan di Leran.Didekat pekuburannya itu didirikanlah sebuah masjid,dan baginda minta agar masjid tersebut ditunggui oleh Malik Ibrahim dan Muhammad Sadik.
Dikatakan selanjutnya bahwa Malik Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1419 M dan Muhammad Sadik meninggal dunia pada tahun 1420 M.
3.Menurut Prof.Husein Djajadiningrat.
Keterangan Prof.Husein Djajadiningrat lain lagi.Maulana Maghfur bukan satu atau sama orangnya dengan Maulana Ibrahim sperti keterangan J.Wolbers.Juga tidak sama dengan keterangan J.A.B Wiselius yang mengatakan bahwa Maulana Maghfur itu saudaranya Maulana Ibrahim.Tetapi menurut Prof Husein,menerangkan bahwa Maulana Maghfur itu puteranya Maulana Ibrahim.
Dikatakan selanjutnya,bahwa menurut penuturan rafles,Maulana Ibrahim,seorang ahli agama dari Arabia,cucu Zainal Abidin dan cicit dari Nabi Muhammad SAW,mendarat beserta rombongan di Leran,yang termasuk wilayah Jenggolo ketika itu.
Kemudian datanglah kemenakannya,raja Cermin beserta seorang puterinya yang terkenal dengan nama Dewi Leran,ke Gresik.Maksudnya baginda adalah akan datang ke Majapahit untuk mengajak raja Majapahit agar memeluk agama Islam.Baginda raja Cermin juga menawarkan puterinya itu agar bisa dipermaisuri oleh raja Majapahit.
Setelah sampai saatnya,baginda raja beserta pengiringnya,kurang lebih 40 orang santri dan muballigh,berangkat menuju ke Majapahit.Sampai di Majapahit rombongan itu disambut dengan ramah tamah,bahkan raja Majapahit ikut berkenan menyongsong rombongan tamu itu di tapal batas.
Baginda raja Cermin memberikan hadiah kepada raja Majapahit,Angkawijaya,sebuah buah delima.Raja Majapahit itu pun seolah-olah tidak menghiraukan hadiah itu,karena bagaimana seorang raja dari seberang lautan hanya menghadiahkan sebuah buah delima,padahal buah delima itu ada dimana-mana.
Rupa-rupanya raja Angkawijaya tidak mau memeluk agama Islam dan tidak mau memperisterikan dewi Leran.Maka baginda raja Cermin pun kembali ke Gresik.Hanya kemenakannya,Maulana Maghfur,putera Maulana Ibrahim,masih tinggal di Majapahit.
Sepulangnya baginda raja Cermin,delima hadia dari baginda tadi dibelah oleh Angkawijaya.Alangkah terperanjatnya Angkawijaya,karena buah delima yang dari luar tampaknya mulus tidak ada satupun goresan yang tampak,setelah dibelah di dalamnya terdapat intan dan permata yang gemerlapan.Di dalamnya sama sekali tidak terdapat isi-isi delima kecuali intan belaka.
Raja Angkawijaya menjadi yakin bhawa baginda raja Cermin bukanlah sembaran orang,tetapi orang yang benar-benar sakti.
Maka raja Angkawijaya mengutus Maulana Maghfur agar cepat menyusul baginda raja Cermin ke Gresik dan mohon agar baginda mau datang lagi ke Majapahit.Tetapi permintaan Angkawijaya itu ditolak raja Cermin karena Angkawijaya tetap tidak bersedia memeluk agama Islam.
Beberapa hari setelah baginda raja Cermin sampai di Leran,timbullah penyakit menular yang menimpa rakyat.Banyak orang mati diantaranya,dan termasuk tiga orang kemenakannya raja Cermin juga meninggal dunia di Leran.Ketiga orang kemenakannya itu bernama sayyid jafar,sayyid kosim dan sayyid gharki.
Kubur dari ketiga kemenakan raja Cermin itu sekarang terkenal dengan nama kuburan panjang.
Sang puteri,yakni puteri leran juga jatuh sakit.Baginda raja berdoa kepada Tuhan Allah,bilamana raja Angkawijaya memang tidak mau memeluk agama Islam,lebih baik puterinya itu jangan diberi umur panjang saja.Sebelumnya ia berdoa agar sang puteri di beri kesembuhan dan Angkawijaya mendapat petunjuk memeluk Islam.Namun setelah usahanya gagal dan jelas Angkawijaya menolaknya,maka baginda raja berdoa sebagaimana tersebut diatas.
Akhirnya sang puteri jadi berpulang ke rahmatullah,dan dimakamkan di Leran.
Baginda raja Cermin kemudian meninggal Gresik.Ditengah perjalanan pulang itu dua kemenakannya lagi meninggal dunia.Yang seorang bernama Sayyid Rafidlin,meninggal di pulau Bawean,dan yang seorang lagi meninggal dunia ketika baru keluar dari Gresik,dimakamkan di Madura.
Baru tiga hari setelah baginda raja Cermin meninggalkan kota Gresik(Leran),datanglah raja Angkawijaya ke leran.Tetapu Angkawijaya telah mendapati bahwa sang puteri telah meninggal dunia dan telah dimakamkan disitu.Entah apa yang terjadi atas diri Angkawijaya ketika itu,tidak disebutkan oleh sejarah.
4.Siapakah raja Angkawijaya
Diatas dikatakan bahwa baginda raja Cermin datang ke ibu kota kerajaan Majapahit adalah untuk pkeperluan menemui raja Angkawijaya,dengan maksud untuk mengajak sang prabu agar mau memeluk agama Islam.
Siapakah raja Angkawijaya itu? Nama ini tidak terdapat dala piagam-piagam maupun babad tanah jawi dan tidak terdapat pula dalam pararaton.Maka bila disesuaikan dengan tokoh yang didatangi oleh raja Cermin,lantas tidak ada kecocokan dengan apa yang tertulis dalam sejarah.
Nama Angkawijaya terdapat dalam serat kanda,yang dikatakan bahwa angkawijaya adalah pengganti raja Mertawijaya(Damar Wulan,suami kencana wungu).Raja Angkawijaya ini menurut Serat Kanda mempunyai seorang selir bernama Ni Raseksi.
Bila dicocokkan dengan sumber dari babad tanah jawi,raja Majapahit yang mempunyai selir Ni Raseksi adalah raden Alit atau prabu brawijaya VII.Nama Ni Raseksi ini menurut babad tanah Jawi adalah Endang Sasmitapura.
Padahal menurut catatan sejarah,Prabu Brawijaya VII(alias Prabu Udara) memerintah antara tahun 1498 hingga 1518 Masehi.Dan kalau Angkawijaya itu orangnya sama dengan Brawijaya VII menurut babad tanah jawi,maka siapakah yang ditemui raja Cermin pada tahun 1391 M(versi J.Wolbers) atau pada tahun 1399 (versi J.A.B Wiselius).
Dalam babad tanah jawi diceritakan pula bahwa endang sasmitapura,prabu brawijaya mendapatkan putera bernama jaka dilah atau arya damar,dan dari isterinya yang lain,puteri cina,prabu brawijaya mendapatkan putera lagi yang bernama raden patah.Dengan demikian maka antara arya damar dengan raden patah menurut babad tanah jawi adalah saudara sebapak lain ibu.Ini Jelas tidak benar,karena arya damar adalah putera hyang wisesa alias wikramawardana(raja Majapahit yang memerintah pada tahun 1389-1427 M),sedangkan raden Patah adalah putera prabu kertabhumi alias brawijaya V yang memerintah tahun 1468-1478 M.
Kalau sekiranya Angkawijaya itu sama orangnya dengan kertabhumi,juga tahun kedatangan raja cermin yang menunjukkan tahun 1391 M itu tidak cocok dengan tahun memerintahnya Brawijaya V.
Dengan demikian maka nama raja yang didatangi oleh raja Cermin itu menurut penuturan J.Wolbers dan J.A.B Wiselius itu tidak sesuai dengan kenyataan.Mungkin sumber yang diambil oleh kedua ahli sejarah itu salah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar