Sekelumit sejarah masjid agung
sunan ampel
Masjid yang dibangun sunan
ampel,pada tahun 1421 ini,semula dikenal dengan nama masjid ampel.Hingga detik
ini bangunan aslinya yang ditangani sunan ampel ini masih terlihat
kokoh.Sekarang diberi nama masjid agung sunan ampel.
Dipandang dari bentuk bangunan
yang dikelola sunan ampel dan dibantu mbah shonhaji(mbah bolong),mbah sholeh
serta santri-santrinya,mungkin masih berjumlah ribuan sudah sanggup menciptakan
bangunan masjid yang dikagumi oleh umat manusia disegala zaman,ini adalah
pernyataan para pengunjung dari dalam negeri,maupun para wisatawan luar
negeri,khususnya para ahli arsitektur dan sejarah.
Ditilik dari tiang yang menyangga
masjid asli yang berjumlah 16 tiang dari kayu jati,dengan panjang 17 M,lebar
0,4 M,tanpa sambungan,menimbulkan suatu kekaguman yang tidak henti-hentinya.
Bangunan masjid yang dilakukan 600
tahun yang lalu dengan jumlah pengikut yang relatif kecil dibanding pengikut
agama hindu pada saat itu,khususnya di kota surabaya.Sunan ampel berhasil
membangun masjid dengan ukuran: 46,80 mX44,20 m=2.068,56 M.
Hal ini menunjukan bahwa
masyarakat islam yang masih tergolong minoritas sudah berkarya yang luar
biasa.Sehingga merupakan kebanggan ummat islam,sebagai peninggalan sejarah yang
harus dipertahankan dan dilestarikan.
Disamping itu peralatan yang
dipergunakan masih sangat sederhana sekali,belum terfikir sulitnya transportasi
dikala itu.Dengan peralatan apa yang dipergunakan untuk mengangkut bahan
bangunan yang akan dipergunakan.Kalau dilihat dari beberapa segi ini tidak
habis pikir,pembangunannya dilakukan dalam korum waktu yang relatif singkat.Ini
semua tak lepas dari keistimewaan yang lebih dikenal dengan karomah dari sunan
ampel.
Mengingat makin hari makin banyak
penganut agama islam,sehingga masjid ini perlu diperluas.Maka pada tahun 1926
dibawah pimpinan adipati regent R.Aryo niti adiningrat diperluas :22,70 MX20,55
m=466,48 m2.
Perluasan ke III pada tahun 1954
dipimpin oleh K.H Manab Murtadlo,diperluas: 25,70 mX 50 m=1.285 m2.
Perluasan ke IV dilakukan pada
tahun 1972,diperluas: 120 m X 11 m=1.320 m2.Adapun yang melakukan peletakan
batu pertama:K.H Idham Chalid(Ketua DPR/MPR RI).Sedang panitia pelaksanaannya
adlah :K.H Nawawi Mohammad A.Hafidz Madjid dan H.Abd.Karim.
Adapun kegiatannya antara lai yang
perlu diketahui.
Kerukunan sesama muslim
Perkelahian sering terjadi karena
kesalah fahaman atau mungkin karena masing-masing fihak tidak berusaha menahan
nafsu untuk menghindari perkelahian dan peristiwa ini terjadi dimana-mana.
Kadangkala perkelahian ini sampai
memakan korban,disebabkan akan memepertahankan diri,tanpa memeperhitungkan
akibatnya,menjurus melakukan pembunuhan.Di pulau madura peristiwa itu disebut
carok.
Diawal tahun 1974 peristiwa
perkelahian yang memakan korban ini sudah bukan bersifat perorangan lagi,tetapi
sudah meluas antar warga kota bangkalan dan warga kota sampang.
Tragedi ini sangat memprihatinkan,tiap
hari timbul korban dikedua kota tersebut,juga warga kota yang berdomisili
dikota surabaya.
Perdamaian diupayakan,agar
peristiwa ini terhenti prakarsa masing-masing pemerintah daerah setempat belum
juga berhasil.Sebagai akibat mempengaruhi roda sektor ekonomi.
1.Harga kebutuhan sehari hari
terasa mlonjak,karena para pedagang kecil dipasar,para penjual buah-buahan,lauk
pauk sebagian besar dilakukannya termasuk para pekerja di pelabuhan dan gudang
–gudang.
2.Mempengaruhi stabilitas keamanan
nasional,dikhawatirkan adanya pihak ketiga yang sengaja mengadu domba.
3.Mereka sama-sama menganut agama
islam,sedang carok dilarang agama islam.
Maka bapak H.Moh.Noer,Gubernur
kepala daerah Tk.I,jawa timur memprakarsai perdamaian yang dilakukan di masjid
agung sunan ampel,pada tanggal 2 mei 1974,hari jumat menjelang sholat
jumat.Hadir pada saat itu para tokoh dari bangkalan dan sampang,termasuk para
tokoh yang berada di LP Kali sosok yang terlibat carok dikeluarkan
sementara.Disaksikan para pejabat pemerintah daerah Tk.II kabupaten bangkalan
dan sampang.
Alhamdulillah
perdamaian itu diterima oleh kedua belah pihak,yang diakhiri dengan penyumpahan
di makam sunan ampel yang dilakukan oleh K.H Muhammad Siradj dari
sukolilo-bangkalan.Sejak itu tak pernah terdengar perkelahian sebagai
pelampiasan dendam kedua warga kota tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar