17.Sebagai muballigh, pendidik dan seniman
Semua para wali adalah sebagai muballigh.Hal ini telah
jelas,bahwa memang para wali di dalam meyiarkan agama Islam di tanah jawa
dengan taktik dan kehidupannya adalah sebagai muballigh belaka.Namun disini
tidak ada salahnya bila hal tersebut diuraikan,untuk mengingat hal-hal yang
istimewa dan mengenang sesuatu anekdot yang ada hubungannya dengan dunia
dakwah.
Tak aneh lagi bahwa sunan giri sebagai muballigh telah
sangat berhasil di dalam dakwah islamiyahnya.Baik dikalangan tingkat
orang-orang atasan atau di kalangan bawah,keberhasilan sunan giri telah dicatat
dalam sejarah penyiaran agama Islam di tanah jawa atau indonesia pada umumnya.
Setelah beliau mendirikan pesantren di Gresik,maka
berdatangan lah para santri dari berbagai daerah,seperti daerah jawa
tengah,jawa timur, madura,sulawesi, kalimantan, nusa tenggara, maluku dan
daerah-daerah lain di indonesia.
Beliaupun mengutus banyak para muballigh islam ke
daerah-daerah lain,untuk menyiarkan agama.Mereka yang dikirim oleh sunan giri
ke luar jawa itu adalah dengan sengaja berniat menjadi muballigh untuk tuga
khusus,berdakwah.Mereka itu terdiri dari para pelajar atau para santri beliau
yang telah beliau gembleng dan kiranya telah pantas bila diorbitkan ke
tengah-tengah masyarakat,atau ke daerah-daerah lain bila menghadapi berbagai
kesulitan.Juga mereka terdiri dari para pedagang, saudagar,nelayan dan
sebagainya yang telah cukup mempunyai bekal.Kiranya pusat atau lembaga dakwah
sekarang ini perlu mencontoh usaha beliau itu, karena sekarang ini di
pulau-[ulau lain di indonesia banyak yang masih memerlukan muballigh islam,seperti
irian jaya,usa tenggara timur,pedalaman kalimantan,pulau nias dan pulau-pulau
di sebelah barat pantai sumatera.
Pada suatu hari,beliau mengirimkan sepucuk surat dakwah ke
hitu(halmahera) yang mana penduduknya setempat telah memeluk agama islam atas jasa-jasa
beliau.Surat itu disambut dengan gembira oleh segenap rakyat.Surat tersebut
dibacakan di dalam masjid di hadapan segenap penduduk.
Pembacaan surat itu dengan cara diadakan “upacara
penyambutan terhadap surat dari sunan giri” dengan diawali membunyikan musik
terlebih dahulu,kemudian dengan tembakan meriam kehormatan yang dilepaskan ke
udara.Alangkah gembiranya dan mengesankan upacara penyambutan surat
itu,menandakan bahwa penduduk setempat sangat antusias menyambut agama islam
dan terhadap pribadi sunan giri.
Beliau dianggap sebagai seorang wali yang berwibawa dan
dihormati serta disegani, semua itu adalah karena kepribadian dan ilmu beliau
yang mendalam.Para wali yang lain kemudian bersepakat di dalam mengangkat
beliau sebagai pengganti sunan ampel untuk menjabat penghulu para wali,sebagai
mufti dan sebagai pemimpin agama islam selluruh jawa.
Bila sunan giri dikataka sebagai pendidik,hal ini pun tidak
salah.
Tentu saja sebagai muballigh,siapa saja harus bisa menjadi
pendidik,mendidik terhadap masyarakat.Maka seorang muballigh adalah pendidik
masyarakat yang tidak perlu diragukan akan sifatnya sebagai pendidik
itu.Pendidik yang sejati bisa menjadi muballigh,dan muballigh sejati adalah
pendidik yang ulung,itu toh kalau yang dikatakan muballigh adalah siapa yang
bisa naik ke atas podium.
Tetapi bila muballigh dalam arti yang luas, maka sunan giri
sebagai muballigh yang sejati adalah sebagai pendidik yang ulung pula.Dan sunan
giri sebagai pendidik yang ulung adalah pula sebagai muballigh yang berhasil pula,menurut
kenyataan sejarah yang ada.
Kesimpulan ini ternyata benar bila dikaitkan dengan riwayat
sunan giri yang ada hubungannya degan dakwah islam atau pendidikan yang beliau
laksanakan.
Entah benar atau tidak, di dalam babad jawa versi
wiryopanitro cetakan kedua tahun 1945 halaman 13 ada cerita tentang batu gajah,
demikian ceritanya:
Pada suatu hari,putera kanjeng sunan giri selalu menangis
dan tidak ada seorangpun yang bisa mendiamkannya.Sambil menunjuk kepada sebuah
batu besar,Sunan Giri berkata kepada puteranya yang masih menangis
itu:’Nah...!Lihatlah batu itu,.....bagaikan seekor gajah besarnya’,demikian
kata beliau,dengan ijin Tuhan,batu besar itu berubah menjadi sekor gajah.Dengan
demikian maka sang putera tidak menangis lagi,karena melihat binatang gajah
tersebut.
Setelah sang putera tidak menangis lagi,sunan giri
mengatakan bahwa binatang gajah tersebut akan menjadi batu seperti sedia
kala,maka dengan ijin Tuhan,gajah tersebut kemudian menjadi batu lagi.Hal ini
menunjukkan bahwa sunan giri adalah sebagai seorang pendidik yang pandai.
Solichin Salam didalam bukunya “Sekitar Wali Sanga” cetakan
keempat halaman 37 menjelaskan bahwa sunan giri adalah seorang pendidik yang
berjiwa demokratis.Beliau mendidik anak-anak dengan jalan membuat bermacam-macam
permainan anak-anak yang berjiwa islam.Antara lain ialah permainan
jelungan,jamuran,gendhi-gerit,jor,gula-ganti,cublak-cublak suweng,dan
sebagainya.
Diantara permainan anak-anak gubahan beliau yang bernama
jelungan adalah sebagai berikut:
Diantara para anak-anak yang bermain itu ada seorang yang
menjadi pemburu dan yang lainnya menjadi buruan.Mereka akan selamat dari
kejaran si pemburu bila telah berpegang pada tonggak atau batang pohon yang
telah ditentukan terlebih dahulu menjadi jelungan tersebut.
Arti permainan tersebut ialah,bahwa bila seseorang telah
berpegang teguh kepada ajaran tauhid dan agama islam(jelungan),maka ia akan
selamat dari ajakan syetan iblis(pemburu) tersebut.
R.H.M Danuwiyoto dalam sebuah diktatnya yang berjudul
“Ringkasan Sejarah Masuknya Islam di Jawa” menjelaskan bahwa diantara lagu-lagu
dolanan anak-anak yang dikarang sunan giri ialah lagu-lagu
jamuran,cublak-cublak suweng dan permainan jitungan atau dhelikan ialah dengan
menggunakan lagu sebagai berikut:
“Padhang-padhang mbulan,ayo gage dha dolanan,dolanane ana
ing latar,ngalap padhang gilar-gilar,nundhung begog hangethikar”,juga lagu ini
dijelaskan oleh Solichin Salam dalam bukunya tersebut.
Kurang lebih artinya ialah:
“Malam terang bulan,marilah lekas bermain,bermain
dihalaman,mengambil manfaat dari terang benderangnya sinar bulan,mengusir gelap
yang lari terbirit-birit”.
Adapun maksud dari lagu dolanan tersebut ialah,bahwa agama
islam telah datang(bulan datang,memberi penerangan hidup) maka marilah kita
segera menuntu penghidupan(bermain) dimuka bumi ini(di halaman) untuk mengambil
manfaat dari agama islam tersebut(terangnya sinar bulan),agar hilang lenyaplah
kebodohan dan kesesatan (begog atau gelap terusir).
Bila sunan giri dikatakan sebagai seniman atau
budayawan,juga tidak salah,karena sebagai pemikir dan penggubah lagu dolanan
dan sekaligus mempunyai maksud dan arti yang filosofis seperti yang telah
dijelaskan diatas itu,apa lagi predikat yang diberikan kepada beliau selain
seniman atau budayawan?
Beliau pula yang menciptakan atau yang menggubah lagu
asmaradana dan pucung.Sebutan apa lagi sebagai penggubah lagu asmaradana dan
pucung bila tidak sebagai seniman dan budayawan lagi.?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar