Translate

Sabtu, 06 Agustus 2016

17.Sebagai muballigh, pendidik dan seniman

17.Sebagai muballigh, pendidik dan seniman
Semua para wali adalah sebagai muballigh.Hal ini telah jelas,bahwa memang para wali di dalam meyiarkan agama Islam di tanah jawa dengan taktik dan kehidupannya adalah sebagai muballigh belaka.Namun disini tidak ada salahnya bila hal tersebut diuraikan,untuk mengingat hal-hal yang istimewa dan mengenang sesuatu anekdot yang ada hubungannya dengan dunia dakwah.
Tak aneh lagi bahwa sunan giri sebagai muballigh telah sangat berhasil di dalam dakwah islamiyahnya.Baik dikalangan tingkat orang-orang atasan atau di kalangan bawah,keberhasilan sunan giri telah dicatat dalam sejarah penyiaran agama Islam di tanah jawa atau indonesia pada umumnya.
Setelah beliau mendirikan pesantren di Gresik,maka berdatangan lah para santri dari berbagai daerah,seperti daerah jawa tengah,jawa timur, madura,sulawesi, kalimantan, nusa tenggara, maluku dan daerah-daerah lain di indonesia.
Beliaupun mengutus banyak para muballigh islam ke daerah-daerah lain,untuk menyiarkan agama.Mereka yang dikirim oleh sunan giri ke luar jawa itu adalah dengan sengaja berniat menjadi muballigh untuk tuga khusus,berdakwah.Mereka itu terdiri dari para pelajar atau para santri beliau yang telah beliau gembleng dan kiranya telah pantas bila diorbitkan ke tengah-tengah masyarakat,atau ke daerah-daerah lain bila menghadapi berbagai kesulitan.Juga mereka terdiri dari para pedagang, saudagar,nelayan dan sebagainya yang telah cukup mempunyai bekal.Kiranya pusat atau lembaga dakwah sekarang ini perlu mencontoh usaha beliau itu, karena sekarang ini di pulau-[ulau lain di indonesia banyak yang masih memerlukan muballigh islam,seperti irian jaya,usa tenggara timur,pedalaman kalimantan,pulau nias dan pulau-pulau di sebelah barat pantai sumatera.
Pada suatu hari,beliau mengirimkan sepucuk surat dakwah ke hitu(halmahera) yang mana penduduknya setempat telah memeluk agama islam atas jasa-jasa beliau.Surat itu disambut dengan gembira oleh segenap rakyat.Surat tersebut dibacakan di dalam masjid di hadapan segenap penduduk.
Pembacaan surat itu dengan cara diadakan “upacara penyambutan terhadap surat dari sunan giri” dengan diawali membunyikan musik terlebih dahulu,kemudian dengan tembakan meriam kehormatan yang dilepaskan ke udara.Alangkah gembiranya dan mengesankan upacara penyambutan surat itu,menandakan bahwa penduduk setempat sangat antusias menyambut agama islam dan terhadap pribadi sunan giri.
Beliau dianggap sebagai seorang wali yang berwibawa dan dihormati serta disegani, semua itu adalah karena kepribadian dan ilmu beliau yang mendalam.Para wali yang lain kemudian bersepakat di dalam mengangkat beliau sebagai pengganti sunan ampel untuk menjabat penghulu para wali,sebagai mufti dan sebagai pemimpin agama islam selluruh jawa.
Bila sunan giri dikataka sebagai pendidik,hal ini pun tidak salah.
Tentu saja sebagai muballigh,siapa saja harus bisa menjadi pendidik,mendidik terhadap masyarakat.Maka seorang muballigh adalah pendidik masyarakat yang tidak perlu diragukan akan sifatnya sebagai pendidik itu.Pendidik yang sejati bisa menjadi muballigh,dan muballigh sejati adalah pendidik yang ulung,itu toh kalau yang dikatakan muballigh adalah siapa yang bisa naik ke atas podium.
Tetapi bila muballigh dalam arti yang luas, maka sunan giri sebagai muballigh yang sejati adalah sebagai pendidik yang ulung pula.Dan sunan giri sebagai pendidik yang ulung adalah pula sebagai muballigh yang berhasil pula,menurut kenyataan sejarah yang ada.
Kesimpulan ini ternyata benar bila dikaitkan dengan riwayat sunan giri yang ada hubungannya degan dakwah islam atau pendidikan yang beliau laksanakan.
Entah benar atau tidak, di dalam babad jawa versi wiryopanitro cetakan kedua tahun 1945 halaman 13 ada cerita tentang batu gajah, demikian ceritanya:
Pada suatu hari,putera kanjeng sunan giri selalu menangis dan tidak ada seorangpun yang bisa mendiamkannya.Sambil menunjuk kepada sebuah batu besar,Sunan Giri berkata kepada puteranya yang masih menangis itu:’Nah...!Lihatlah batu itu,.....bagaikan seekor gajah besarnya’,demikian kata beliau,dengan ijin Tuhan,batu besar itu berubah menjadi sekor gajah.Dengan demikian maka sang putera tidak menangis lagi,karena melihat binatang gajah tersebut.
Setelah sang putera tidak menangis lagi,sunan giri mengatakan bahwa binatang gajah tersebut akan menjadi batu seperti sedia kala,maka dengan ijin Tuhan,gajah tersebut kemudian menjadi batu lagi.Hal ini menunjukkan bahwa sunan giri adalah sebagai seorang pendidik yang pandai.
Solichin Salam didalam bukunya “Sekitar Wali Sanga” cetakan keempat halaman 37 menjelaskan bahwa sunan giri adalah seorang pendidik yang berjiwa demokratis.Beliau mendidik anak-anak dengan jalan membuat bermacam-macam permainan anak-anak yang berjiwa islam.Antara lain ialah permainan jelungan,jamuran,gendhi-gerit,jor,gula-ganti,cublak-cublak suweng,dan sebagainya.
Diantara permainan anak-anak gubahan beliau yang bernama jelungan adalah sebagai berikut:
Diantara para anak-anak yang bermain itu ada seorang yang menjadi pemburu dan yang lainnya menjadi buruan.Mereka akan selamat dari kejaran si pemburu bila telah berpegang pada tonggak atau batang pohon yang telah ditentukan terlebih dahulu menjadi jelungan tersebut.
Arti permainan tersebut ialah,bahwa bila seseorang telah berpegang teguh kepada ajaran tauhid dan agama islam(jelungan),maka ia akan selamat dari ajakan syetan iblis(pemburu) tersebut.
R.H.M Danuwiyoto dalam sebuah diktatnya yang berjudul “Ringkasan Sejarah Masuknya Islam di Jawa” menjelaskan bahwa diantara lagu-lagu dolanan anak-anak yang dikarang sunan giri ialah lagu-lagu jamuran,cublak-cublak suweng dan permainan jitungan atau dhelikan ialah dengan menggunakan lagu sebagai berikut:
“Padhang-padhang mbulan,ayo gage dha dolanan,dolanane ana ing latar,ngalap padhang gilar-gilar,nundhung begog hangethikar”,juga lagu ini dijelaskan oleh Solichin Salam dalam bukunya tersebut.
Kurang lebih artinya ialah:
“Malam terang bulan,marilah lekas bermain,bermain dihalaman,mengambil manfaat dari terang benderangnya sinar bulan,mengusir gelap yang lari terbirit-birit”.
Adapun maksud dari lagu dolanan tersebut ialah,bahwa agama islam telah datang(bulan datang,memberi penerangan hidup) maka marilah kita segera menuntu penghidupan(bermain) dimuka bumi ini(di halaman) untuk mengambil manfaat dari agama islam tersebut(terangnya sinar bulan),agar hilang lenyaplah kebodohan dan kesesatan (begog atau gelap terusir).
Bila sunan giri dikatakan sebagai seniman atau budayawan,juga tidak salah,karena sebagai pemikir dan penggubah lagu dolanan dan sekaligus mempunyai maksud dan arti yang filosofis seperti yang telah dijelaskan diatas itu,apa lagi predikat yang diberikan kepada beliau selain seniman atau budayawan?
Beliau pula yang menciptakan atau yang menggubah lagu asmaradana dan pucung.Sebutan apa lagi sebagai penggubah lagu asmaradana dan pucung bila tidak sebagai seniman dan budayawan lagi.?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar