6.Joko Samodra
Mendengar kabar bahwa Maulana Ishak berhasil meloloskan diri
dari negeri Blambangan itu,Prabu Menak Sembuyu makin murka,dan rasa dendamnya
tidak bisa luntur.
Sepeninggal Syeikh Maulaa Ishak,begeri Blambangan terjangkit
wabah dan kelaparan lagi.Prabu Menak Sembuyupun melemparkan kesalahan kepada
Maulana Ishak,bahwa sebab datangnya wabah penyakit yang mengganas lagi itu
adalah karena gara-gara Maulana Ishak yang menyiarkan agama Islam.Dan
disebabkan rakyat Blambangan memeluk agama Islam,meninggalkan agama hindu,maka
sang dew a murka.Demikian menurut pendapat sang Prabu.
Tiga bulan telah berselang,Dewi Sekardadu telah melahirkan
putera laki-laki.Amat bagus paras sang bayi itu,Prabu Menak Sembuyu,kakek sang
bayi itu memang seorang yang kejam,tidak berperikemanusiaan.Anak
laki-laki,putera Dewi Sekardadu,atau cucunya sendiri itu akan dibunuhnya.
Tetapi ibu sang bayi,menangisinya dengan suara yang menyayat
hati.Ia menangis bagaikan anak kecil.Lebih baik isa sendiri yang dibunuh
daripada puteranya.
Sungguh dendam kesumat Prabu Menak Sembuyu terhadap Syeikh
Maulana Ishak tidak padam-padamnya.Sebagai hukuman,karena anak laki-laki itu
tidak jadi dibunuhnya,maka Sang Prabu menitahkan agar anak laki-laki Dewi
Sekardadu itu dimasukkan ke dala sebuah peti dan harus dilemparkan ke laut
lepas.
Alangkah sedihnya hati Dewi Sekardadu atas keputusan ayahnya
itu.Ia ikut mengantarkan puternya yang dibawa oleh para utusan baginda ke tepi
pantai.Di hadapan mata kepalanya sendiri,peti yang didalamnya terbaring
puternya itu dicampakkan ke tengah laut.
Lemah lunglailah segala sendi tulang dewi,dan alam sekali ia
tidak dapat berjalan.Dan telah lama pula peti yang diombang-amingkan arus laut
itu hilang dari pandangan matanya.Dengan sangat berduka cita dan mengalami
penderitaa batin yang parah,iapun baru beranjak dari tepi pantai
Blambangan.Tetapi ia tidak kembali pulang ke istana ayahnya.Ia mengembara entah
kemana perginya,tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.Konon,Dewi Sekardau itu
meninggal di tengah hutan,dan tidak ada seorang pula yang mengetahui di mana
jenazahnya terbaring.
Pada suatu malam di Selat Bali.
Perahu dagang dari Gresik oleng,berputar-puter terus
ditengah laut,tidak mau maju,dan mundurpun tidak.Para awak kapalpun keluar
memeriksa, gerangan apakah yang terjadi?maka tampaklah oleh mereka,agak jauh
disana,ada sinar terang.Ternyata sebuah peti terapung-apung di tengah
laut.Setelah peti itu diambil dan dibuka,mereka terperanjat karena didalamnya
terbaring seorang bayi laki-laki yang menangis mengiba-iba.Rupa-rupanya bayi itu
lahir beberapa hari yang lalu,dan tampaknya amat ehat badannya.
Perahu dagang itupun akanmeneruskan pelayarannya ke pulau
Bali,tetapi anehnya,perahu itu masih oleng dan tidak mau menuju ke arah Timur.
Keputusan pun telah diambil oleh awak kapal dagang itu.Mereka
tidak jadi meneruskan pelayaran ke pulau Bali,tetapi kembali ke Gresik
lagi.Bayi laki-laki yang ditemukan dalam peti itu kemudian diserahkan kepada
majikanmereka di Gresik,yakni Nyai Gede Pinatih.
Amatlah gembira hati Nyai Gede Pinatih,tak terkirakan,karena
melihat bayi yang amat molek parasnya itu.Kebetulan sekali bagi Nyai Gede
Pinatih,karena ia adlah seorang janda yang tidak mempunyai anak.
“Bayi ini pastilah puteraya seorang besar,atau putera
raja,setidaknya adalah putera seorang bangsaawan.Tampak jelas pada raut
wajahnya yang bersinar dan memancarkan cahaya yang bening dan cerah ini.Mata
dan hidugnya,dan parasnya menunjukkan bahwa bayi ini adalah teramat agug
rasanya dalam hati”,demikian kata Nyai Gede Pinatih dalam hati.
Bayi laki-laki itu oleh Nyai Gede Pinatih kemudian diberi
nama Joko Samudra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar