Translate

Sabtu, 06 Agustus 2016

6.Joko Samodra



6.Joko Samodra

Mendengar kabar bahwa Maulana Ishak berhasil meloloskan diri dari negeri Blambangan itu,Prabu Menak Sembuyu makin murka,dan rasa dendamnya tidak bisa luntur.
Sepeninggal Syeikh Maulaa Ishak,begeri Blambangan terjangkit wabah dan kelaparan lagi.Prabu Menak Sembuyupun melemparkan kesalahan kepada Maulana Ishak,bahwa sebab datangnya wabah penyakit yang mengganas lagi itu adalah karena gara-gara Maulana Ishak yang menyiarkan agama Islam.Dan disebabkan rakyat Blambangan memeluk agama Islam,meninggalkan agama hindu,maka sang dew a murka.Demikian menurut pendapat sang Prabu.
Tiga bulan telah berselang,Dewi Sekardadu telah melahirkan putera laki-laki.Amat bagus paras sang bayi itu,Prabu Menak Sembuyu,kakek sang bayi itu memang seorang yang kejam,tidak berperikemanusiaan.Anak laki-laki,putera Dewi Sekardadu,atau cucunya sendiri itu akan dibunuhnya.
Tetapi ibu sang bayi,menangisinya dengan suara yang menyayat hati.Ia menangis bagaikan anak kecil.Lebih baik isa sendiri yang dibunuh daripada puteranya.
Sungguh dendam kesumat Prabu Menak Sembuyu terhadap Syeikh Maulana Ishak tidak padam-padamnya.Sebagai hukuman,karena anak laki-laki itu tidak jadi dibunuhnya,maka Sang Prabu menitahkan agar anak laki-laki Dewi Sekardadu itu dimasukkan ke dala sebuah peti dan harus dilemparkan ke laut lepas.
Alangkah sedihnya hati Dewi Sekardadu atas keputusan ayahnya itu.Ia ikut mengantarkan puternya yang dibawa oleh para utusan baginda ke tepi pantai.Di hadapan mata kepalanya sendiri,peti yang didalamnya terbaring puternya itu dicampakkan ke tengah laut.
Lemah lunglailah segala sendi tulang dewi,dan alam sekali ia tidak dapat berjalan.Dan telah lama pula peti yang diombang-amingkan arus laut itu hilang dari pandangan matanya.Dengan sangat berduka cita dan mengalami penderitaa batin yang parah,iapun baru beranjak dari tepi pantai Blambangan.Tetapi ia tidak kembali pulang ke istana ayahnya.Ia mengembara entah kemana perginya,tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.Konon,Dewi Sekardau itu meninggal di tengah hutan,dan tidak ada seorang pula yang mengetahui di mana jenazahnya terbaring.
Pada suatu malam di Selat Bali.
Perahu dagang dari Gresik oleng,berputar-puter terus ditengah laut,tidak mau maju,dan mundurpun tidak.Para awak kapalpun keluar memeriksa, gerangan apakah yang terjadi?maka tampaklah oleh mereka,agak jauh disana,ada sinar terang.Ternyata sebuah peti terapung-apung di tengah laut.Setelah peti itu diambil dan dibuka,mereka terperanjat karena didalamnya terbaring seorang bayi laki-laki yang menangis mengiba-iba.Rupa-rupanya bayi itu lahir beberapa hari yang lalu,dan tampaknya amat ehat badannya.
Perahu dagang itupun akanmeneruskan pelayarannya ke pulau Bali,tetapi anehnya,perahu itu masih oleng dan tidak mau menuju ke arah Timur.
Keputusan pun telah diambil oleh awak kapal dagang itu.Mereka tidak jadi meneruskan pelayaran ke pulau Bali,tetapi kembali ke Gresik lagi.Bayi laki-laki yang ditemukan dalam peti itu kemudian diserahkan kepada majikanmereka di Gresik,yakni Nyai Gede Pinatih.
Amatlah gembira hati Nyai Gede Pinatih,tak terkirakan,karena melihat bayi yang amat molek parasnya itu.Kebetulan sekali bagi Nyai Gede Pinatih,karena ia adlah seorang janda yang tidak mempunyai anak.
“Bayi ini pastilah puteraya seorang besar,atau putera raja,setidaknya adalah putera seorang bangsaawan.Tampak jelas pada raut wajahnya yang bersinar dan memancarkan cahaya yang bening dan cerah ini.Mata dan hidugnya,dan parasnya menunjukkan bahwa bayi ini adalah teramat agug rasanya dalam hati”,demikian kata Nyai Gede Pinatih dalam hati.
Bayi laki-laki itu oleh Nyai Gede Pinatih kemudian diberi nama Joko Samudra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar