Translate

Rabu, 10 Agustus 2016

19.Beberapa perlambang dalam cerita sunan giri



19.Beberapa perlambang dalam cerita sunan giri


Sebagaimana telah dijelaskan di dalam kata pendahuluan buku ini,bahwa hampir semua cerita para wali di tanah jawa tidak bisa lepas dari hal-hal yang tidak masuk akal,bagaikan cerita 1001 malam saja,karena mungkin para pembuat cerita yang tidak selalu menulis apa adanya,atau memang demikianlah kepribadian orang jawa,yang senang terhadap yang serba ajaib dan tidak masuk akal.Atau karena masyarakat jawa yang terlalu cinta terhadap para wali,maka tidak hanya pribadi para wali saja yang dikisahkan demikian itu,tetapi hampir semua tokoh yang dikagumi oleh masyarakat dilibatkan ke dalam cerita yang aneh-aneh.
Ternyata riwayat sunan giri yang telah diuraikan pada pasal-pasal terdahulu tidak sedikit cerita yang istimewa, ajaib atau aneh,dan menanggapi hal ini kita tidak menerima 100%.Sebabnya ialah karena terjadinya beberapa kemungkinan,antara lain/;
1. Karena para penulis babad,walaupun yang dihadapinya adalah fakta sejarah,tetapi menulisnya menurut falsafah dalam bentuk perlambang,mungkin karena bermaksud untuk melindungi kewibawaan figur yang ditulisnya,mungkin karena pengaruh ritus.
2.Masyarakat atau rakyat yang karena cintanya terhadap pribadi yang dikaguminya,maka timbullah cerita-cerita aneh tersebut.
3.karena unsur kebetulan
4.Memang karena Tuhan menganugerahkan beberapa keistimewaan terhadap hamba-Nya yang beliau kasihi.

Kembali kepada cerita tentang sunan giri,banyak pula para ahli yang berusaha menafsirkan cerita-cerita tersebut,bahwa banyak perlambang atau pasemon atau kinayah.Namun,bila tidak dikatakan sebagai perlambang atau kinayah,maka ada keterangan lain,dari sumber yang lain yang isinya menjelaskan sebagai versi yang lain.
Contoh:
Menurut babad tanah jawa oleh wiryopanitro,dikatakan bahwa sewaktu sang prabu blambangan mengutus patih rekyana bajulsengara untuk mencari obat guna menyembuhkan penyakit putrinya,maka sang patih bertemu dengan seorang pertapa yang bernama resi kandabaya.Sang resi kandabaya memberi nasehat kepada bajulsengara agar menemui seorang pertapa lain,yakni seorang kyai dari tanah Arab,dan kyai dari Arab inilah yang nantinya bisa menyembuhkan penyakit dewi kasiyan (nama putri sang prabu) ,yang dalam babad lain dinamakan dewi sekardadu.
Bajulsengara kemudian mencari kyai ishak yangmenurut petunjuk resi kandabaya,kyai tersebut sedang bertapa dibawah tanah,dibawah pintu gerbang kerjaan blambangan.Setelah bajulsengara menggali tanah dibawah pintu gerbang kerajaan,ternyata tampaklah kyai ishak sedang bertafakkur didalam gua yang ada didalam tanah tersebut.Alangkah herannya sang patih,karena kyai ishak tampak bersinar menyilaukan.
Selanjutnya alur ceritanya seperti yang telah diuraikan dimuka,bahwa setelah putera dewi sekardadu lahir,kemudian dibuang ke laut lepas,dan diketemukan oleh seorang saudagar anak buah nyai ageng tandes dari gresik.
Menurut sumber yang lain :
Sebaliknya,cerita semacam ini diatas itu menurut sumber yang lain tidak seajaib seperti menurut cerita babad diatas.Yakni,bahwa setelah maulana ishak diusir dari blambangan,puteranya yang telah lahir dari dewi sekardadu itu kemudian sengaja dibawa pergi ke gresik,dan sengaja diserahkan kepada salah seorang janda kaya,nyai gede pinatih.Kesengajaan maulana ishak untuk membawa serta putranya ialah karena beliau khawatir bila puteranya nanti masih diasuh oleh keluarga istana blambangan,pastilah akhirnya dididik menurut ajaran agama hindu,dan nantinya sang putra pasti menjadi seorang hindu.
Demikianlah sumber tersebut memuat alur cerita yang semula bagaikan cerita seribu satu malam menjadi berbalik 180 derajat menjadi cerita yang wajar,dapat diterima rasio,tidak khayal.
Adapun beberapa perlambang dari cerita sunan giri ini, Moh.Hari Soewarno pernah menulis dalam majalah rindang no.7 tahun I,bahwa perlambang dari cerita sunan giri adalah sebagai berikut;
I
Maulana ishak bertapa dibawah tanah,dalam gua,ditafsirkan bahwa sewaktu beliau datang ke blambangan akan berdakwa,karena posisinya sangat sulit dimana seluruh rakyat dan rajanya berpegang teguh kepada agama hindu,maka maulana ishak menyiarkan agama islam dengan sembunyi-sembunyi,tidak terang-terangan(dibawah tanah). Karaena bila dengan terang-terangan,pastilah hal ini membahayakan diri beliau.
II
Setelah digali dan lubang gua tempat maulana ishak menganga,maka memancarlah wajah beliau dengan terangnya.Tafsir dari cerita ini ialah bahwa walaupun maulana ishak masih dirasa asing bagi masyarakat hindu blambangan,namun pribadi dan agama yang dibawa maulana ishak sebagai ajaran yang indah,sehingga menyilaukan pandangan mata masyarakat hindu.
Rakyatpun tertarik akan ajaran agama islam itu,tetapi tidak berani terus terang memeluknya,karena takut kalau mendapat murka dari atasan.
III
Dikatakan dalam babad tersebut,bahwa maulana ishak didalam bertapanya dibawah tanah itu bersandar pada akar pohon beringin yang sudah rapuh dan lapuk.
Tafsir dari cerita diatas ialah, bahwa akar yang lapuk digambarkan sebagai penguasa kecil,atau penguasa daerah yang telah goyah kedudukannya karena pemerintah pusat pada saat itu dalam situasi yang rapuh.Pohon beirngin yang disandari maulana ishak adalah melambangkan kekuasaan blambangan yang saat itu adalah raja yang menggantikan wirabumi setelah wirabumi dibunuh oleh raden gajah tahun 1406.Pengganti wirabumi ini kedudukannya sangat goyah karena sehabis perang paregreg(1404-1406) yang antara lain mengakibatkan timbulnya bahaya kelaparan .Pohon beringin tempat bersandarnya maulana ishak itu akarnya telah rapuh,artinya kekuasaan blambangan telah tidak menentu dan lemah.
Demikianlah tiga tafsiran dari Moh.Hari Soewarno.
Selanjutnya,beberapa bagian dari cerita yang telah lalu,kita tafsirkan sebagai berikut:
IV
Batu yang besar oleh sunan giri dikatakan sebagai binatang gajah kepada putranya yang sedang menangis,maka batu tersebut menjadi gajah sungguhan,dan karena putra sunan giri terpikat binatang gajah tersebut,maka diamalah ia dari menangis.
Tafsiran dari cerita tersebut hanya menggambarkan bahwa sunan giri adalah sebagai pendidik yang pandai bersiasat.
V
Diceritakan bahwa sewaktu sunan ampel masuk kedalam masjid akan sholat tahajud,tampaklah oleh beliau bahwa ada seorang muridnya yang bersinar terang.Ini adalah menggambarkan bahwa diantara banyak santri sunan ampel itu,sunan giri atau raden pakulah yang paling menonjol kecerdasannya,ilmu dan kepribadiannya bersinar.Bukankah suatu hal yang aneh,bila seseorang mengeluarkan cahaya dari wajahnya,tetapi sunan ampel samapi tidak mengenal anak itu sampai beliau berpayah-payah untuk mengikat ujung sarungnya.Bukankah sampai beliau mengikat ujung sarung anak itu,artinya beliau telah dekat atau dalam jarak yang amat dekat dengan anak tersebut.Yakni raden paku.Atau sunan ampel sebagai seorang yang waskita,tentulah beliau tealh memaklumi siapa anak yang mengeluarkan cahaya terang itu.
Artinya cerita diatas adalah sebagai perlambang bahwa raden paku adalah santri sunan ampel yang paling menyala.
VI
Sewaktu sunan giri diserang oleh musuh,beliau hanya melemparkan kalamnya ,yaitu alat untuk menulis,kepada musuh,maka dalam kalam tersebut menjadi sebuah keris yang bernama kalam munyeng dan mengamuklah keris tersebut,sehingga para penyerang lari tunggang langgang.
Hal ini adalah sebagai perlambang bahwa atas sabda beliau,atau atas pimpinan beliau,pasukan islam itu dapat mempertahankan serangan musuh,dan akhirnya musuhpun lari tunggang langgang.Ingatlah,bahwa artinya kalam adalah berbicara,bersabda.
VII
Dalam cerita pada pasal dijelaskan bahwa sewaktu pasukan musuh menyerang giri lagi,padahal sunan giri telah wafat,maka tawon-tawon yang bersarang diatas kuburan  beliau pun menyerbu musuh dan menyengat orang-orang kafir yang akan merusak kuburan beliau,maka lari jugalah pasukan musuh terbirit-birit.
Tafsir atau perlambang cerita itupun sama seperti diatas,yaitu pasukan islam yang berada di giri kedaton berhasil menghalau musuh.
Demikianlah antara lain tafsir dari beberapa cerita yang ada sangkut pautnya dengan riwayat sunan giri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar