19.Beberapa perlambang dalam cerita sunan giri
Sebagaimana telah dijelaskan di dalam kata pendahuluan buku
ini,bahwa hampir semua cerita para wali di tanah jawa tidak bisa lepas dari
hal-hal yang tidak masuk akal,bagaikan cerita 1001 malam saja,karena mungkin
para pembuat cerita yang tidak selalu menulis apa adanya,atau memang
demikianlah kepribadian orang jawa,yang senang terhadap yang serba ajaib dan
tidak masuk akal.Atau karena masyarakat jawa yang terlalu cinta terhadap para
wali,maka tidak hanya pribadi para wali saja yang dikisahkan demikian
itu,tetapi hampir semua tokoh yang dikagumi oleh masyarakat dilibatkan ke dalam
cerita yang aneh-aneh.
Ternyata riwayat sunan giri yang telah diuraikan pada
pasal-pasal terdahulu tidak sedikit cerita yang istimewa, ajaib atau aneh,dan
menanggapi hal ini kita tidak menerima 100%.Sebabnya ialah karena terjadinya
beberapa kemungkinan,antara lain/;
1. Karena para penulis babad,walaupun yang dihadapinya
adalah fakta sejarah,tetapi menulisnya menurut falsafah dalam bentuk
perlambang,mungkin karena bermaksud untuk melindungi kewibawaan figur yang
ditulisnya,mungkin karena pengaruh ritus.
2.Masyarakat atau rakyat yang karena cintanya terhadap
pribadi yang dikaguminya,maka timbullah cerita-cerita aneh tersebut.
3.karena unsur kebetulan
4.Memang karena Tuhan menganugerahkan beberapa keistimewaan
terhadap hamba-Nya yang beliau kasihi.
Kembali kepada cerita tentang sunan giri,banyak pula para
ahli yang berusaha menafsirkan cerita-cerita tersebut,bahwa banyak perlambang
atau pasemon atau kinayah.Namun,bila tidak dikatakan sebagai perlambang atau
kinayah,maka ada keterangan lain,dari sumber yang lain yang isinya menjelaskan
sebagai versi yang lain.
Contoh:
Menurut babad tanah jawa oleh wiryopanitro,dikatakan bahwa sewaktu
sang prabu blambangan mengutus patih rekyana bajulsengara untuk mencari obat
guna menyembuhkan penyakit putrinya,maka sang patih bertemu dengan seorang
pertapa yang bernama resi kandabaya.Sang resi kandabaya memberi nasehat kepada
bajulsengara agar menemui seorang pertapa lain,yakni seorang kyai dari tanah
Arab,dan kyai dari Arab inilah yang nantinya bisa menyembuhkan penyakit dewi
kasiyan (nama putri sang prabu) ,yang dalam babad lain dinamakan dewi
sekardadu.
Bajulsengara kemudian mencari kyai ishak yangmenurut
petunjuk resi kandabaya,kyai tersebut sedang bertapa dibawah tanah,dibawah
pintu gerbang kerjaan blambangan.Setelah bajulsengara menggali tanah dibawah
pintu gerbang kerajaan,ternyata tampaklah kyai ishak sedang bertafakkur didalam
gua yang ada didalam tanah tersebut.Alangkah herannya sang patih,karena kyai
ishak tampak bersinar menyilaukan.
Selanjutnya alur ceritanya seperti yang telah diuraikan
dimuka,bahwa setelah putera dewi sekardadu lahir,kemudian dibuang ke laut
lepas,dan diketemukan oleh seorang saudagar anak buah nyai ageng tandes dari
gresik.
Menurut sumber yang lain :
Sebaliknya,cerita semacam ini diatas itu menurut sumber yang
lain tidak seajaib seperti menurut cerita babad diatas.Yakni,bahwa setelah
maulana ishak diusir dari blambangan,puteranya yang telah lahir dari dewi
sekardadu itu kemudian sengaja dibawa pergi ke gresik,dan sengaja diserahkan
kepada salah seorang janda kaya,nyai gede pinatih.Kesengajaan maulana ishak
untuk membawa serta putranya ialah karena beliau khawatir bila puteranya nanti
masih diasuh oleh keluarga istana blambangan,pastilah akhirnya dididik menurut
ajaran agama hindu,dan nantinya sang putra pasti menjadi seorang hindu.
Demikianlah sumber tersebut memuat alur cerita yang semula
bagaikan cerita seribu satu malam menjadi berbalik 180 derajat menjadi cerita
yang wajar,dapat diterima rasio,tidak khayal.
Adapun beberapa perlambang dari cerita sunan giri ini,
Moh.Hari Soewarno pernah menulis dalam majalah rindang no.7 tahun I,bahwa
perlambang dari cerita sunan giri adalah sebagai berikut;
I
|
Maulana
ishak bertapa dibawah tanah,dalam gua,ditafsirkan bahwa sewaktu beliau datang
ke blambangan akan berdakwa,karena posisinya sangat sulit dimana seluruh
rakyat dan rajanya berpegang teguh kepada agama hindu,maka maulana ishak
menyiarkan agama islam dengan sembunyi-sembunyi,tidak terang-terangan(dibawah
tanah). Karaena bila dengan terang-terangan,pastilah hal ini membahayakan
diri beliau.
|
II
|
Setelah
digali dan lubang gua tempat maulana ishak menganga,maka memancarlah wajah
beliau dengan terangnya.Tafsir dari cerita ini ialah bahwa walaupun maulana
ishak masih dirasa asing bagi masyarakat hindu blambangan,namun pribadi dan
agama yang dibawa maulana ishak sebagai ajaran yang indah,sehingga
menyilaukan pandangan mata masyarakat hindu.
Rakyatpun
tertarik akan ajaran agama islam itu,tetapi tidak berani terus terang
memeluknya,karena takut kalau mendapat murka dari atasan.
|
III
|
Dikatakan
dalam babad tersebut,bahwa maulana ishak didalam bertapanya dibawah tanah itu
bersandar pada akar pohon beringin yang sudah rapuh dan lapuk.
Tafsir
dari cerita diatas ialah, bahwa akar yang lapuk digambarkan sebagai penguasa
kecil,atau penguasa daerah yang telah goyah kedudukannya karena pemerintah
pusat pada saat itu dalam situasi yang rapuh.Pohon beirngin yang disandari
maulana ishak adalah melambangkan kekuasaan blambangan yang saat itu adalah
raja yang menggantikan wirabumi setelah wirabumi dibunuh oleh raden gajah
tahun 1406.Pengganti wirabumi ini kedudukannya sangat goyah karena sehabis
perang paregreg(1404-1406) yang antara lain mengakibatkan timbulnya bahaya
kelaparan .Pohon beringin tempat bersandarnya maulana ishak itu akarnya telah
rapuh,artinya kekuasaan blambangan telah tidak menentu dan lemah.
Demikianlah
tiga tafsiran dari Moh.Hari Soewarno.
Selanjutnya,beberapa
bagian dari cerita yang telah lalu,kita tafsirkan sebagai berikut:
|
IV
|
Batu yang
besar oleh sunan giri dikatakan sebagai binatang gajah kepada putranya yang
sedang menangis,maka batu tersebut menjadi gajah sungguhan,dan karena putra
sunan giri terpikat binatang gajah tersebut,maka diamalah ia dari menangis.
Tafsiran
dari cerita tersebut hanya menggambarkan bahwa sunan giri adalah sebagai
pendidik yang pandai bersiasat.
|
V
|
Diceritakan
bahwa sewaktu sunan ampel masuk kedalam masjid akan sholat tahajud,tampaklah
oleh beliau bahwa ada seorang muridnya yang bersinar terang.Ini adalah
menggambarkan bahwa diantara banyak santri sunan ampel itu,sunan giri atau
raden pakulah yang paling menonjol kecerdasannya,ilmu dan kepribadiannya bersinar.Bukankah
suatu hal yang aneh,bila seseorang mengeluarkan cahaya dari wajahnya,tetapi
sunan ampel samapi tidak mengenal anak itu sampai beliau berpayah-payah untuk
mengikat ujung sarungnya.Bukankah sampai beliau mengikat ujung sarung anak
itu,artinya beliau telah dekat atau dalam jarak yang amat dekat dengan anak
tersebut.Yakni raden paku.Atau sunan ampel sebagai seorang yang
waskita,tentulah beliau tealh memaklumi siapa anak yang mengeluarkan cahaya
terang itu.
Artinya
cerita diatas adalah sebagai perlambang bahwa raden paku adalah santri sunan
ampel yang paling menyala.
|
VI
|
Sewaktu
sunan giri diserang oleh musuh,beliau hanya melemparkan kalamnya ,yaitu alat
untuk menulis,kepada musuh,maka dalam kalam tersebut menjadi sebuah keris
yang bernama kalam munyeng dan mengamuklah keris tersebut,sehingga para
penyerang lari tunggang langgang.
Hal ini
adalah sebagai perlambang bahwa atas sabda beliau,atau atas pimpinan
beliau,pasukan islam itu dapat mempertahankan serangan musuh,dan akhirnya
musuhpun lari tunggang langgang.Ingatlah,bahwa artinya kalam adalah
berbicara,bersabda.
|
VII
|
Dalam
cerita pada pasal dijelaskan bahwa sewaktu pasukan musuh menyerang giri
lagi,padahal sunan giri telah wafat,maka tawon-tawon yang bersarang diatas
kuburan beliau pun menyerbu musuh dan
menyengat orang-orang kafir yang akan merusak kuburan beliau,maka lari
jugalah pasukan musuh terbirit-birit.
Tafsir
atau perlambang cerita itupun sama seperti diatas,yaitu pasukan islam yang
berada di giri kedaton berhasil menghalau musuh.
Demikianlah
antara lain tafsir dari beberapa cerita yang ada sangkut pautnya dengan
riwayat sunan giri.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar