6.Giri pada jaman mataram
Waktu berjalan terus,dan perubahan-perubahan besar telah
terjadi dalam sejarah.
Maulana ‘Ainul Yaqin atau prabu satmata atau sunan giri
telah wafat dan dimakamkan di bukit giri,gresik.
Setelah raden fattah pun wafat pada tahun 1518,dan
digantikan puteranya,pangeran sabrang lor(sultan demak II) yang memerintah
tahun 1518-1521,kemudian digantikan lagi oleh adiknya yang kedua,sultan
trenggono(sultan demak III) pada tahun 1521 sampai 1546.Sultan trenggono tgewas
dalam peperangan di jawa timur(pasuruan), dan akhirnya karena perebutan
kekuasaan wilayah antara adiwijaya dengan aria penangsang,maka menanglah
adiwijaya,yakni adipati di pajang itu.
Dengan demikian maka tamatlah kerajaan demak,dan pindahlah
ke pajang.Dan adiwijaya memerintah pajang mulai tahun 1546 sampai 1582.
Suatu hal yang perlu dicatat didalam perpindahan kekuasaan
dari demak ke pajang(walaupun sama-sama kerajaan islam) ini ialah,bahwa
semangat islamnya pajang lebih mendekat ke hindu.Adat istiadat lama,hindu-budha
yang telah mendalam di daerah pedalaman itu sangat sukar dihilangkan begitu
saja.Tampaklah perbedaan antara pesisir yang bersifat maritim(kebanyakan
masyarakat berpandangan jauh kedepan) dengan daerah pedalaman(dimana kebanyakan
masyarakatnya terlalu menggantungkan alam dan lambannya dipengaruhi falsafah
hidup animisme dan dinamisme).
Maka dijaman pajang ini mulai diusahakan persesuaian antara
islam dengan agama shiwa-budha,atau nafas majapahit masih ada dan berpengaruh
kuat pada masyarakat.
Dengan demikian pula maka ajaran manunggaling kawula gusti
atau wihdatul wujud atau ajaran ittihad kemudian menjadi ajaran resmi.
Demak atau para walipun merasakan hal ini.
Setelah pajang,kekuasaan pindahke mataram.Sutawijaya atau
senopati(1586-1601) dicatat sebagai pembangun mataram islam,namun sama halnya
dengan pajang,sinkretisme antara islam hindu-budha menjadi falsafah kerajaan
yang resmi pula di mataram islam ini.
Demikian pula setelah senopati digantikan oleh putranya,Mas
Jolang(1601-1613),ajaran kawula gusti inipun tetap resmi.
Sampai saat ini,para pengganti sunan giri di giri kedaton
masih berpegang teguh kepada ajaran agama islam yang murni dan masih tetap
menjaga perjalanan dan kesucian islam dari segala pengaruh atau penyelewengan
paham kemusyrikan.Maka giri memandang pajang dan mataram telah tidak menjalankan
dan memegang teguh ajaran islam yang sebenarnya,walaupun pajang dan mataram
adalah kerajaan jawa islam.
Giri dan para ulamapun telah maklumlah akan hal ini.
Sewaktu mas jolang berkuasa,pangeran puger hanya dijadikan
adipati di demak.Padahal pangeran pugerlah yang sebenarnya yang berhak
menggantikan ayahny(senopati),karena pangeran puger adalah kakak mas
jolang.Maka antara mas jolang dengan pangeran puger terjadi
perselisihan.Kemudian mas jolang menyerang pangeran puger.Walaupun pangeran
puger dibantu bupati surabaya dan mendapat dukungan dari giri,tetapi pangeran
puger terpaksa mundur dan melindungkan diri ke kudus.
Walaupun demikian,setelah itu,bupati surabaya tetap
menganjurkan kepada kabupaten-kabupaten yang lain untuk melawan mataram,dan
timbullah pemberontakan di ponorogo,kertosono.wirosobo atau mojoagung.Pimpinan
siasat perang dipegang oleh bupati surabay dan sebagai pimpinan keagamaan
adalah sunan dari giri kedaton.
Setelah mas jolang mangkat(1613),kekuasaan berpindah ke
tangan mas ransang,yang kemudian bergelar panembahan agung senopati ing alogo
abdur rakhman atau sultan agung hanyokrokusumo.Baginda adalah seorang muslim
yang baik,tetapi berhubung ilmu-ilmu keagamaan islam yang kurang mendalam,maka
falsafah hidup serta falsafah keagamaannya tidak berbeda dengan raja-raja
sebelumnya.
Sewaktu jaman sultan agung ini,para ulama amat lengkap
sebagai penasehat-penasehat.Tetapi bagindapun tidak melupakan kenyataan,bahwa
disamping islam,kepercayaan rakyat kepada paham lama masih mendalam juga.Maka
bagindapun mengambil jalan tengah untuk mengkompromikan islam dengan
kepercayaan lama,yang kemudian dikenal sebagai ajaran aliran tasawuf yang
bercampur dengan kejawen,tetapi lebih banyak kebatinannya dan dengan resmi
falsafah ini mengikuti faham manunggaling kawula gusti.
Pada zama sultan agung ini para punggawa keraton menyusun
falsafah ini,sehingga antara hindu dengan islam terasa sama,tidak ada bedanya.Dan
sultan agung sendiri mengarang buku yang berjudul sastra gending,adalah berisi
islam kejawen atau manungaling kawula gusti.
Dengan demikain maka perbedaan paham antara pesisir dengan
pedalaman semakin tajam.Dan sultan agung menundukan musuh-musuhnya kecuali
kompeni belanda,juga kasultanan banten,bupati surabaya,dan beberapa daerah jawa
timur,juga giri kedaton.
Saat inilah giri kedaton telah memberikan bantuannya yang
nyata kepada surabaya,sewaktu surabaya mengadakan pemberontakan terhadap
mataram.Bupati lasem,tuban,pasuruan,wirosobo,arisbaya di
madura,sumenep,semuanya bersatu dibawah komando bupati surabaya dan sebagai
penasehat tertinggi adalah sunan dari giri.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1615.
Kemudian berturut-turut sultan agung sendiri memimpin
penyerbuan ke jawa timur,yakni pada tahun 1616,kemudian 1622,dan kemudian pada
tahun 1624,dan yang terakhir ini maduralah yang takluk.
Sultan agung memang cerdik,putera saudara bupati arisbaya
madura yang bernama praseno ditugaskan untuk menguasau seluruh madura,dan
dinikahkan dengan keluarga sultan agung sendiri,dan diberi gelar pangeran
cakraningrat yang berkedudukan di sampang.
Nah,.....,barulah setelah madura dapat dikuasai mataram,soal
surabaya dan giri mudah saja.Akhirnya surabaya diserang dan takluklah,walaupun
pada mulanya bupati surabaya mempertahankan dengan gigihnya.
Sultan agung tidak sultan agung lagi kalau tidak cerdik.
Bupati surabaya setelah kalah tidak dijadikan tawanan,tidak
dimakzulkan,tetapi malah kedudukannya dikukuhkan sebagai bupati lagi,dan
hebatnya bupati ini dikawinkan dengan putri sultan agung sendiri,ratu wandan
sari.
Apakah dunia ini tidak aneh,bila bupati surabaya itu
mendapat titah dari sultan agung agar supaya bupati surabaya itu mendatangi
giri yakni sahabat dan gurunya.Bahkan giri adalah penasehatnya pula.Namun sunan
di giri dapat bertahan dari serangan bupati surabaya itu,yakni muridnya dan
sahabatnya itu.
Namun setelah bupati surabaya
mundur,istri bupati maju menyerang giri kedaton dengan pakaian laki-laki,yakni
dengan menyamar sebagai laki-laki.puteri wandan sari memimpin pasukan menyerang
giri.Dan takluklah giri.Sunan dari giri itupun menjadi tawanan dan dibawa ke
mataram.Namun tidak lama lagi beliau dipulangkan kembali ke giri dan hanya
diperbolehkan memakai gelar panembahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar