Translate

Rabu, 10 Agustus 2016

6.Giri pada jaman mataram



6.Giri pada jaman mataram

Waktu berjalan terus,dan perubahan-perubahan besar telah terjadi dalam sejarah.
Maulana ‘Ainul Yaqin atau prabu satmata atau sunan giri telah wafat dan dimakamkan di bukit giri,gresik.
Setelah raden fattah pun wafat pada tahun 1518,dan digantikan puteranya,pangeran sabrang lor(sultan demak II) yang memerintah tahun 1518-1521,kemudian digantikan lagi oleh adiknya yang kedua,sultan trenggono(sultan demak III) pada tahun 1521 sampai 1546.Sultan trenggono tgewas dalam peperangan di jawa timur(pasuruan), dan akhirnya karena perebutan kekuasaan wilayah antara adiwijaya dengan aria penangsang,maka menanglah adiwijaya,yakni adipati di pajang itu.
Dengan demikian maka tamatlah kerajaan demak,dan pindahlah ke pajang.Dan adiwijaya memerintah pajang mulai tahun 1546 sampai 1582.
Suatu hal yang perlu dicatat didalam perpindahan kekuasaan dari demak ke pajang(walaupun sama-sama kerajaan islam) ini ialah,bahwa semangat islamnya pajang lebih mendekat ke hindu.Adat istiadat lama,hindu-budha yang telah mendalam di daerah pedalaman itu sangat sukar dihilangkan begitu saja.Tampaklah perbedaan antara pesisir yang bersifat maritim(kebanyakan masyarakat berpandangan jauh kedepan) dengan daerah pedalaman(dimana kebanyakan masyarakatnya terlalu menggantungkan alam dan lambannya dipengaruhi falsafah hidup animisme dan dinamisme).
Maka dijaman pajang ini mulai diusahakan persesuaian antara islam dengan agama shiwa-budha,atau nafas majapahit masih ada dan berpengaruh kuat pada masyarakat.
Dengan demikian pula maka ajaran manunggaling kawula gusti atau wihdatul wujud atau ajaran ittihad kemudian menjadi ajaran resmi.
Demak atau para walipun merasakan hal ini.
Setelah pajang,kekuasaan pindahke mataram.Sutawijaya atau senopati(1586-1601) dicatat sebagai pembangun mataram islam,namun sama halnya dengan pajang,sinkretisme antara islam hindu-budha menjadi falsafah kerajaan yang resmi pula di mataram islam ini.
Demikian pula setelah senopati digantikan oleh putranya,Mas Jolang(1601-1613),ajaran kawula gusti inipun tetap resmi.
Sampai saat ini,para pengganti sunan giri di giri kedaton masih berpegang teguh kepada ajaran agama islam yang murni dan masih tetap menjaga perjalanan dan kesucian islam dari segala pengaruh atau penyelewengan paham kemusyrikan.Maka giri memandang pajang dan mataram telah tidak menjalankan dan memegang teguh ajaran islam yang sebenarnya,walaupun pajang dan mataram adalah kerajaan jawa islam.
Giri dan para ulamapun telah maklumlah akan hal ini.
Sewaktu mas jolang berkuasa,pangeran puger hanya dijadikan adipati di demak.Padahal pangeran pugerlah yang sebenarnya yang berhak menggantikan ayahny(senopati),karena pangeran puger adalah kakak mas jolang.Maka antara mas jolang dengan pangeran puger terjadi perselisihan.Kemudian mas jolang menyerang pangeran puger.Walaupun pangeran puger dibantu bupati surabaya dan mendapat dukungan dari giri,tetapi pangeran puger terpaksa mundur dan melindungkan diri ke kudus.
Walaupun demikian,setelah itu,bupati surabaya tetap menganjurkan kepada kabupaten-kabupaten yang lain untuk melawan mataram,dan timbullah pemberontakan di ponorogo,kertosono.wirosobo atau mojoagung.Pimpinan siasat perang dipegang oleh bupati surabay dan sebagai pimpinan keagamaan adalah sunan dari giri kedaton.
Setelah mas jolang mangkat(1613),kekuasaan berpindah ke tangan mas ransang,yang kemudian bergelar panembahan agung senopati ing alogo abdur rakhman atau sultan agung hanyokrokusumo.Baginda adalah seorang muslim yang baik,tetapi berhubung ilmu-ilmu keagamaan islam yang kurang mendalam,maka falsafah hidup serta falsafah keagamaannya tidak berbeda dengan raja-raja sebelumnya.
Sewaktu jaman sultan agung ini,para ulama amat lengkap sebagai penasehat-penasehat.Tetapi bagindapun tidak melupakan kenyataan,bahwa disamping islam,kepercayaan rakyat kepada paham lama masih mendalam juga.Maka bagindapun mengambil jalan tengah untuk mengkompromikan islam dengan kepercayaan lama,yang kemudian dikenal sebagai ajaran aliran tasawuf yang bercampur dengan kejawen,tetapi lebih banyak kebatinannya dan dengan resmi falsafah ini mengikuti faham manunggaling kawula gusti.
Pada zama sultan agung ini para punggawa keraton menyusun falsafah ini,sehingga antara hindu dengan islam terasa sama,tidak ada bedanya.Dan sultan agung sendiri mengarang buku yang berjudul sastra gending,adalah berisi islam kejawen atau manungaling kawula gusti.
Dengan demikain maka perbedaan paham antara pesisir dengan pedalaman semakin tajam.Dan sultan agung menundukan musuh-musuhnya kecuali kompeni belanda,juga kasultanan banten,bupati surabaya,dan beberapa daerah jawa timur,juga giri kedaton.
Saat inilah giri kedaton telah memberikan bantuannya yang nyata kepada surabaya,sewaktu surabaya mengadakan pemberontakan terhadap mataram.Bupati lasem,tuban,pasuruan,wirosobo,arisbaya di madura,sumenep,semuanya bersatu dibawah komando bupati surabaya dan sebagai penasehat tertinggi adalah sunan dari giri.
Peristiwa ini terjadi pada tahun 1615.
Kemudian berturut-turut sultan agung sendiri memimpin penyerbuan ke jawa timur,yakni pada tahun 1616,kemudian 1622,dan kemudian pada tahun 1624,dan yang terakhir ini maduralah yang takluk.
Sultan agung memang cerdik,putera saudara bupati arisbaya madura yang bernama praseno ditugaskan untuk menguasau seluruh madura,dan dinikahkan dengan keluarga sultan agung sendiri,dan diberi gelar pangeran cakraningrat yang berkedudukan di sampang.
Nah,.....,barulah setelah madura dapat dikuasai mataram,soal surabaya dan giri mudah saja.Akhirnya surabaya diserang dan takluklah,walaupun pada mulanya bupati surabaya mempertahankan dengan gigihnya.
Sultan agung tidak sultan agung lagi kalau tidak cerdik.
Bupati surabaya setelah kalah tidak dijadikan tawanan,tidak dimakzulkan,tetapi malah kedudukannya dikukuhkan sebagai bupati lagi,dan hebatnya bupati ini dikawinkan dengan putri sultan agung sendiri,ratu wandan sari.
Apakah dunia ini tidak aneh,bila bupati surabaya itu mendapat titah dari sultan agung agar supaya bupati surabaya itu mendatangi giri yakni sahabat dan gurunya.Bahkan giri adalah penasehatnya pula.Namun sunan di giri dapat bertahan dari serangan bupati surabaya itu,yakni muridnya dan sahabatnya itu.
Namun setelah bupati surabaya mundur,istri bupati maju menyerang giri kedaton dengan pakaian laki-laki,yakni dengan menyamar sebagai laki-laki.puteri wandan sari memimpin pasukan menyerang giri.Dan takluklah giri.Sunan dari giri itupun menjadi tawanan dan dibawa ke mataram.Namun tidak lama lagi beliau dipulangkan kembali ke giri dan hanya diperbolehkan memakai gelar panembahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar