3.Giri diserang majapahit
Sebagaimana yang telah diketahui pada uraian yang dulu,bahwa dakwah islam yang dipimpin
para wali itu telah mengalami kepesatan yang sangat,sehingga telah meluas
kebeberapa derah pesisir utara jawa teangah dan jawa timur,dan hal ini telah
dimaklumi oleh majapahit.
Perlu dicatat pula,bahwa agama islam telah masuk kedalam istana majapahit sejak tahun
1448,dan pada saat itu majapahit diperintah oleh kertawijaya(1447-1451
M).Secara sembunyi-sembunyi telah ada beberapa orang dalam keraton yang
menerima agama islam.(sanusi pane,sejarah indonesia,jilid I halaman 169).
Makin lama agama islam bahkan semakin tersiar,dan
orang-orang hindu berbondong-bondong memeluk agama islam dengan kesadaran diri.
Melihat kenyataan semua itu,raja majapahit,kertabumi
(menurut Dr.ruslan abdulgani dalam pembina no.25,tanggal 27 mei 1964 dikatakan
bahwa raja majapahit yang menyerang itu ialah kertawijaya 1447-1451 yakni
brawijaya I),berusaha untuk meghambat atau menghalang-halangi meluasnya agama
islam tersiar.Bila usaha ini berhasil,artinya penyiaran agama islam bisa
terbendung.
Tetapi usaha-usaha untuk membendung perkembangan agama islam
itu ternyata gagal,dan itulah sebabnya maka majapahit,berusaha untuk menaklukan
pusat gerakan islam,yakni giri kedaton.Pesantren giri diserbu oleh tentara
majapahit dengan serangan kilat.
Pada waktu itu sunan giri sedang menulis didalamkamar,dengan
sebuah kalam,yakni alat untuk menulis yang dibuat daripada ijuk pohon
sagu.Sunan giripun melemparkan kalamnya ke tengah-tengah musuh yang sedang
menyerang itu.(Menurut berita lain,mengatakan bahwa yang dilempar kalam oleh
sunan giri adalah duta atau utusan majapahit yang sedang musyawarah dengan
sunan giri,bukan tentara.)
Dengan ijin Allah,kalam sunan giri itu berubah menjadi
sebuah keris yang kemudian mengamuk dan menyerbu dengab berputar-putar
(munyeng) menghantam dan menusuk sana-sini kepada para tentara
majapahit,sehingga akhirnya pasukan majapahit itu lari tunggang langgang mundur
teratur,kembali pulang ke majapahit lagi.(menurut babad tanah jawa oleh
wiryopanitro,yang memimpin pasukan majapahit didalam menyerang giri ialah
lembusura dan keboharja,halaman 16).
Keris yang dulunya berasal dari kalam sunan giri yang
dilemparkan ke arah musuh itu kemudian bernama keris kalam munyeng,yang sampai
sekarang ini masih disimpan di giri,sebagai peninggalan barang pusaka.
Karena kegagalan serangan majapahit itu maka pada
perkembangan selanjutnya antara majapahit dengan sunan ampel dan sunan giri
mengadakan pendekatan dan musyawarah untuk berbaik kembali.Setelah perundingan
selesai,maka berkatalah raja majapahit itu kepada sunan ampel dan sunan giri.
“Maksud agama islam dengan agama budha,bila demikian
keterangan kanjeng sunan,maka adalah sama.Yang berbeda adalah cara melaksanakan
ibadahnya.Maka dari itu saya tidak akan melarang dan menghalang-halangi agama
islam,asal saja rakyat yang memeluk agama
islam itu, dengan keinsyafan dan kesadarannya sendiri.Dan mungkin
kelak....,saya akan memeluk islam.....,”,demikian kata raja kertabumi.
Itulah berita pertama mengenai serangan majapahit.
Adapun berita kedua,majapahit menyerang lagi,tetapi pada
waktu itu sunan giri telah wafat,jadi bukan serangan dari raja yang telah
berjanji dengan sunan giri dan sunan ampel bahwa tidak akan menghalang-halangi
tersiarnya agama islam itu,tetapi yang menyerang adalah raja pengganti
kertabumi.
Berita kedua adalah sebagai keterangan berikut:
Tentara majapahit dan serangan tawon
Setelah sunan giri wafat,dendam majapahit kepada giri itupun
masih belum padam juga.Sekali lagi giri diserang,tetapi berhubung beliau telah
wafat,maka untuk melampiaskan dendamnya itu pasukan majapahit mengobrak-abrik
pesantren giri dan makam beliau juga.Makam sunan giri akan dibongkar dan
dihancurkan tulang-tulangnya.
Karena pasukan giri lebih sedikit jumlahnya,maka mereka
pergi mengundurkan diri atau menyingkirkan diri sebelum pasukan majapahit
sampai di giri.
Musuhpun telah sampai diluar pagar makam sunan giri.Tetapi
tiba-tiba pasukan musuh itu berteriak lari tunggang-langgang karena mendapat
serangan tawon yang bersarang di atas bangunan makam sunan giri.Beribu-ribu
tawon telah menyerbu dan menyengat tentara majapahit.Dengan demikian maka
serangan majapahit yang kedua terhadap giri ini gagal lagi.
Berita itu selanjutnya mengabarkan bahwa raden fattah,yang
telah diangkat oleh raja majapahit menjadi pangeran dan menguasai wilayah
bintoro itu diminta oleh raja agar dapat membantu majapahit untuk bersama-sama
menaklukkan giri kedaton.Tetapi raden fattah menolaknya,dan dengan diam-diam
bahkan membuat koalisi dengan tuban,giri,surabaya dan madura untuk menghadapi
segala kemungkinan dari majaphit itu.
Karena tolakan raden fattah itu,maka selanjutnya raja
majapahit itu kemudian mengadakan perundingan dengan giri untuk berbaik
kembali.
Demikianlah peristiwa itu
diberitaka oleh Prof.Dr.N.J Krom sambil mengutip Babad tanah jawi,dan
diceritakan oleh Fruin-Mees sambil mengutip babad diponegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar