5.Syeikh Maulana ishak
Syeikh Maulana Ishak bersama saudaranya
yang tertua, Syeikh Maulana Ibrahim Asmara memang diajak oleh orang tuanya ke
pasai, aceh dan telah agak lama beliau bermukim disana.
Tatkala Maulana Ishak mendengar
berita bahwa di tanah Jawa telah tersiar agama islam,maka beliau kemudian
berangkat ke jawa timur,dengan jalan menumpang perahu dagang milik orang
gresik.Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa kapal dagang milik orang-orang
Persia.Hal ini terjadi pada awal abad ke 14.
Sesampainya di ampel,Maulana
Ishak bertemu dengan Raden Rakhmad,atau Sunan Ampel,dan ternyata raden rakhmad
telah mempunyai banyak santri atau murid.Sangat kebetulan sekali bagi Maulana
Ishak,karena Raden Rakhmad adalah saudara sepupunya.
Maulana Ishak membicarakan
berbagai masalah tentang penyiaran agama islam dengan Sunan Ampel.Bagaimana
caranya berdakwah kepada orang-orang Jawa yang masih hidup dalam animisme dan
dinamisme,atau masyarakat yang telah kuat memgang teguh agama Hindu
itu.Bagaimana tak kan sulit menyiarkan agama Islam saat itu, karena mulai raja
sampai rakyat kecil memeluk agama Hindu,kepercayaan animisme dan dinamisme
dengan kuatnya.
Oleh Sunan Ampel, Maulana Ishak
kemudian mendapat tugas agar pergi ke Blambangan.Atau menurut cerita yang lain
mengatakan,bahwa karena antara Maulana Ishak dengan Sunan Ampel adalah saudara
sepupu juga bersahabat dan sama-sama kedudukannya,maka antara keduanya
sama-sama telah bersepakat bahwa Maulana Ishak berangkat ke Blambangan,Jawa
Timur paling ujung.Tentu saja keperluannya ialah untuk menyiarkan agama Islam
di Blambangan,karena penduduknya masih beragama Hindu semua.
Sampai di Blambangan beliau belum
bisa berbuat apa-apa,kecuali hanyak bertafakur,berdoa,sholat dengan penuh
kehusukkan,memohon petunjuk dan pertolongan kepada Allah agar mendapat jalan di
dalam menyiarkan agama Islam itu.Dan mudah-mudahan pula agar Allah membuka hati
para penduduk Blambangan agar bersedia menerima ajaran agama Islam dengan hati
yang lapang.
Masjid Agung Banyuwangi
Syekh Maulana Ishak, ayah Raden Paku atau Sunan
Giri,pada mulanya menyebarkan agama Islam di Blambangan, sebelah selatan
Banyuwangi.
|
Adapun tempat beliau bertafakur adalah di gunung Selangu.
Tersebutlah, di daerah Blambangan saat itu diserang wabah
penyakit,atau pageblug dan bahaya kelaparan.Banyak rakyat yang mati kelaparan
atau mati terserang pageblug,dan penderitaan ini berlarut-larut sehingga tidak
dapat terkendalikan.
Tidak luput pula orang-orang dalam istana Blambangan pun
terserang penyakit tersebut.Puteri kerajaan Blambangan,Dewei Sekardadu juga
diserang penyakit yang mengganas itu.
Segala usaha dan ikhtiar Sang Prabu Menak Sembuyu,ayah Dewi
Sekardadu,yakni raja Blambangan saat itu untuk mencari obat agar puterinya bisa
sembuh,tetapi usaha raja itu tidak membawa hasil sama sekali. Segala dukun dan
ahli-ahli pengobatan telah didatangkan ke istana Blambangan untuk mengobati
Dewi Sekardad,tetapi segalanya itu sia-sia belaka.
Karena masygul dan bingungnya itu,Sang Prabu Menak Sembuyu
mengumumkan sayembara kepada seluruh rakyat,bahwa barang siapa yang dapat
menyembuhkan penyakit puterinya,bila ia seorang laki-laki akan dijadikan suami
dari Dewi Sekardadu,atau diambil menantu Sang Raja.Bahkan masih ditambah dengan
diberi kekuasaan,diangkat menjadi Raja Muda.Tetapi bila yang dapat menyembuhkan
puterinya itu seorang wanita, ia akan dijadikan saudara tersayang dari Dewi
Sekardadu.
Sayembara itu telah tersiar ke seluruh pelosok negeri,tetapi
tak seorangpuan yang memasuki sayembara tersebut.
Sementara itu Sang Prabu telah mendengar kabar bahwa di
lereng gunung Selangu ada seorang pertapa yang sangat sakti.Maka Sang Prabu
Menak Sembuyu mengutus patihnya yang bernama Bajulsengara untuk menemui pertapa
tersebut,untuk meminta pertolongannya agar pertapa tersebut dapat mengobati
penyakit puterinya.
Telah berhari-hari Bajulsengara mencari pertapa,naik turun
lembah dan bukit,keluar masuk hutan belantara,namun belum juga ketemu.
Pada suatu malam, Sang Patih Bajulsengara melihat sinar
terang jauh disana,dipuncak sebuah bukit diatas gunung Selangu.Dengan susah
payah iapun berusaha menuju ke arah sinar tersebut,dan setelah ia sampai ke
bukit dan dekat dengan sinar tersebut,maka hilang lenyaplah sinar itu.Namun di
tmpat itu Sang Patih Bajulsengara melihat ada orang yang bersujud di atas
sajadah,pakaiannya serba putih ,dan setelah bangun dari sujud,orang itu pun
duduk dengan khusuknya,bertafakur.
Ternyata orang bertafakur itu adalah Syeikh Maulana Ishak.
Patih Bajulsengara lalu menjelaskan maksud kedatangannya
kepada Maulana Ishak.
“Insya Allah,bila Allah mengijinkan,sayak akan berusaha
untuk meyembuhkan penyakit tuan puteri ,karena semua usaha manusia itu hanya
Allah lah yang menentukan nanti.Namun bila tuan puteri sembuh,saya minta satu
syarat agar dipenuhi raja,yaitu Prabu Menak Sembuyu harus memeluk agama
Islam”,demikian jawab Syeikh Maulana Ishak kepada Patih Bajulsengara,utusan
raja Blambangan itu.
Sang patihpun melaporkan semua itu,yakni terutama tentang
syarat yang dimita oleh Syeikh Maulana Ishak agar Menak Sembuyu sanggup memelik
agama Islam.Tentu saja hati sang Prabu sangat berat untuk melepaskan agama yang
lama,dan kemudian memluk agama Islam.Namun karena rasa kasih sayang dan
sayangnya kepada puterinya,maka syarat yang diminta itu terpaksa disanggupinya.
Setelah tiga malam Syeikh Maulana Ishak berusaha mengobati
tuan puteri dengan jalan sholat sunnat dan memohon pertolongan kepada
Allah,kemudian setelah ditiup tiga kali,Dewi Sekardadu pun sembuh,degan ijin
Allah.
Alangkah gembiranya Sang Prabu setelah puterinya
sembuh,tidak terkirakan.Dan janji Sang Prabu ternyata ditepati.Maka Syeikh
Maulana Ishak diambil menantu,dijodohkan dengan puterinya.Dan setelah menjadi
isteri Maulana Ishak,Dewi Sekardadu menjadi seorang msulim yang taat dan
baik.Syarat keduapun telah dilaksanakan pula,yaitu Maulana Ishak diangkat
menjadi raja muda,dan syarat yang diminta Maulana Ishak kepada sang Prabu juga
tidak meleset,yakni Prabu Menak Sembuyu,raja Blambangan yang beragama hindu itu
kemudian memeluk agama Islam.
Peristiwa tentang kesaktian Maulana ishak itu,telah tersiar
ke seluruh pelosok Blambangan.Maka banyak orang yang tertarik dan kemudian
memeluk agama Islam dengan kesadaran sendiri.
Terlebih pula,bahwa Syeikh Maualana Ishak telah memegang
kekuasaan atas sebagian tanah Blambangan,hal ini menyebabkan beliau bebas
leluasa menyiarkan agama Islam,dan hal ini adalah suatu kesempatan yang baik
untuk berdakwah ke seluruh kampung dan desa.
Dalam waktu yang tidak lama,banyak rakyat atau penduduk
Blambangan yang telah memeluk agama Islam. Agama Hindu makin lama makin
terdesak.Bahkan orang istana,keluarga raja sendiri,dan para pembesar kerajaan
telah banyak yang tertarik kepada agama Islam.
Tersiarnya agama Islam semakin pesat.Para pemeluk agama
hindu makin berkurang dan tipis,makin lama pemeluk agama hindu semakin mreteli
berganti agama.Mereka berganti agama dengan kesadaran sendiri,tanpa ada
paksaan,karena selamanya Syeikh Maulana Ishak tidak pernah memaksa kepada
rakyat untuk memeluk agama Islam.
Atas semua itu,hati raja Blambangan tidak enak, dan cemas
melihat perkembangan agama Islam yang mendesak agama hindu itu.Walaupun raja Menak
Sembuyu telah mengaku memeluk agama Islam,tetapi rupa-rupanya pengakuan itu
lain dimulut lain dihati.
Mungkin karena keinginan Menak Sembuyu agar puterinya dahulu
sembuh dari penyakit yang gawat itu,maka syarat dari Syeikh Maulana Ishak
diterima dengan hanya pura-pura saja.Dan setelah puterinya sembuh,Prabu Menak
Sembuyu masuk agama Islam tetapi bersifat munafik.Konon,sebenarnya Sang Prabu
masih memegang teguh ajawan-ajaran hindu,namun ia tidak berani terang-terangan
di hadapan Syeikh Maulana Ishak,menantunya itu.
Hari Prabu Menak Sembuyu makin panas dan gelisah terhadap
perkembangan agama Islam.Terlebih lagi pengaruh Maulana Ishak semakin mendalam
di hati rakyat,maka Prabu Menak Sembuyu menjadi cemburu melihat pegaruh Maulana
Ishak yang tumbuh di Blambangan itu.Karena hal-hal tersebut itu semua,dengan
diam-diam Prabu Menak Sembuyu berusaha menghalang-halangi tersiarnya agama
Islam.Tetapi usaha Prabu Menak Sembuyu itu ternyata sia-sia belaka.
Sang Prabu bahkan dendam dan murka terhadap Syeikh Maulana
Ishak.Maka sang Prabu mengutus seseorang untuk membinasakan Syeikh Maulana
Ishak.Namun Allah menyelamatkan kekasih-Nya,Syeikh Maulana Ishak bisa lolos
dari usaha penyerbuan dan usaha pembunuhan yang keji itu.Beliau pergi
meninggalkan negeri Blambangan sendirian,dan isterinya ditinggalkan dalam
istana.Padahal waktu itu isteri beliau dalam keadaan mengandung 7 bulan.
Sebelum meninggalkan Blambangan,Syeikh Maulana Ishak telah
berpesan kepada isterinya,bahwa bila bayi yang dikandung isterinya itu
lahir,bila lahir laki-laki,hendaklah diberi nama Raden Paku,tetapi bila lahir
perempuan,hal itu terserah kepada ibunya,diberi naam apa saja yang yang
isukai,terserahlah.
Setelah Syeikh Maulana Ishak sampai di Ampel,Surabaya,beliau
menceritakan semua yang telah beliau alami di Blambangan.Tentang isterinya,Dewi
Sekardadu yang dia tinggalkan,dan baru dalam keadaan mengandung dan tentang
pesan beliau untuk memberi nama Raden Paku kepada putera yang akan lahir bila
laki-laki,tentang usaha pembunuhan dari Prabu Menak Sembuyu terhadap beliau,dan
sebagainya,semuanya itu diceritakan kepada Sunan Ampel.
Selanjutnya Syeikh Maulana Ishak kembali ke negeri Pasai
lagi.Disana beliau mendirikan pesantrean yang baru.Dan di Pasai itu beliau
terkenal dengan nama Syeikh Awwalul Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar